25 Feb 2012

THE WOMAN IN BLACK (2012)



Jujur diriku bukan penggemar film Harry Potter. bukan juga penggemar seorang Daniel Radcliffe. Dan dua unsur itu bukan alasan kenapa tiba-tiba memutuskan untuk nonton film yang diangkat dari novel karya Susan Hill ini. Bahkan sebelumnya gw juga gak begitu tau tentang jajaran cast yang menghiasi film ini. Bahkan jika disana ada nama Daniel Radcliffe dengan embel-embel Harry Potternya yang telah melekat kuat itu. Gw murni pada awalnya hanya ingin melihat ada apa dengan sang wanita misterius yang konon sering menampakkan diri dengan gaun hitamnya. Plot film ini mengisahkan Arthur Kipps (Daniel Radcliff), sang tokoh utama yang disitu menjadi seorang pengacara yang ditugaskan sang bos untuk mengunjungi Eel Marsh House, sebuah rumah kuno di  sebuah desa terpencil untuk menyelesaikan permasalahan berkas klien yang baru saja meninggal. Dan ternyata di sana ia menemui hal-hal misterius dan mengerikan, seperti melihat wanita bergaun hitam dan anak-anak yang terbunuh secara misterius. 

Ga ada yang terlalu istimewa dari The Woman In Black. Sebuah film horor thriller yang bahkan ga banyak melibatkan darah. Hanya misteri sepanjang film yang juga dikemas dengan lambat dan cenderung flat. Juga sisi-sisi keseraman yang cenderung klise, seperti  bayangan-bayangan, suara misterius, dan boneka-boneka juga manekin-manekin  yang siap meneror kita sepanjang pertengahan durasi. Mungkin bagi yang jam terbangnya kurang dalam menonton horor khususnya film-film dengan tema rumah berhantu akan merasa sangat-sangat seram menonton film ini. Tapi bagi yang sudah sering melihat film-film serupa, film ini akan terasa biasa aja. Mungkin kesan oldies khas horor klasiklah yang akan sangat terasa di sepanjang durasi (mengingat film ini berdasarkan novel lawas) dan juga beberapa moment-momen mengagetkan dipertengahan film. TWIB memang masuk jajaran box office, tapi entah kenapa buat saya horor yang 1 ini kurang greget  dan terasa membosankan ya.

Meski begitu, akting  Daniel Radcliffe sendiri bisa dibilang lumayan mengingat ini pengalaman pertamanya sepertinya bermain dalam film horor. Ekspresi takutnya lumayan  dapet  walaupun kadang mimiknya terasa membosankan dengan ekspresi-ekspresinya yang itu-itu aja. James Watkins sang sutradara sepertinya begitu yakin dengan filmnya ini. Mungkin karena faktor  Radcliffe yg secara tidak langsung sudah menjadi daya tarik film ini. Walaupun pada akhirnya terjebak pada ke-klisean. Ending film ini juga terkesan biasa aja. Jadi menurutku film ini belom bisa dikatakan istimewa (maap ya buat penggemarnya Daniel Radcliffe :p )


24 Feb 2012

THE GREY (2012)


Kadang dalam keterpurukan kita mungkin mengalami masa-masa putus asa dan merasa bahwa hidup ga ada artinya lagi. Tapi ketika kita benar-benar  berada pada posisi terancam (yang sebenarnya), kita baru merasa bahwa arti hidup dan rasa aman  itu ternyata sangat mahal dan kita akan mencoba tetap bertahan hidup ketika sederetan bahaya mengancam

Itulah selarik pesan yang sekiranya bisa dipetik dari film The Grey arahan sutradara Joe Carnahan. Dengan menggaet tokoh utamanya Liam Neeson, yang belakangan sering memukau dengan aksi-aksi  garangnya. Ia kali ini berperan menjadi John Ottway. Di film adaptasi dari cerita pendek Ghost Walker ini,  Liam terlihat melakoni peran action-thrillernya dengan sangat baik. dan ku akui kali ini ia cukup garang  berperan sebagai John Ottway. 

Plot film ini bercerita tentang John Ottway yang bekerja di sebuah pengeboran minyak di Arctic, yang ketika hendak pulang bersama rombongan pekerja tambang yang lain, pesawat yang membawa mereka tiba-tiba terjatuh di pedalaman alaska yang sangat-sangat dingin.  Yapp ini memang film thriller- action tapi berbau-bau survival juga. Ada unsur-unsur ketegangan, keterbatasan, kepanikan disana. Sangat memenuhi kriteria film favoritku lah. Bukan hanya unsur keterbatasan akan suhu hangat, akan benda-benda untuk bertahan hidup. Tapi juga cara mereka bertahan dari serigala-serigala yang menjadi monster penyerang dalam film ini.

Ya, film  ini membangun ketegangan lewat serigala-serigala yang akan menyerang John dkk. Wolf killing actionnya bener-bener  frontal dan sadis, tapi justru kefrontalan film ini dalam memvisualisasikan ketegangan itu lah yang membuat film ini dramatis. Hanya saja pengambilan gambarnya dan cara eksekusi serigala-serigalanya memang kurang begitu jelas karena keburaman-keburaman yang terlalu ingin ditampilkan dari efek pedalaman alaska yang dingin dan berkabut itu. Dan juga kadang eksekusinya di malam hari dimana penerangan juga minim . 

Bicara ending, film ini emang mempunyai ending yang gantung atau lebih tepatnya open ending. Tapi menurutku  film ini tetep sempurna dan realistis. Karena mungkin kalau akhirnya film ini berakhir seperti harapan penonton, mungkin malah sangat keliatan dipaksakan. So, menurutku ending film ini sudah sangat tepat dan memang sudah seharusnya berakhir dengan ''seperti itu''. Overall film ini bisa dibilang sebagai tontonan semi drama yang mempunyai pesan-pesan kehidupan. Tapi sebagai film survival  The Grey juga sangat menegangkan.

life or die on this day ???

20 Feb 2012

DEVIL (2010)





Devil mengambil setting di sebuah lift setelah sebelumnya diperlihatkan kasus bunuh diri seorang yang melompat dari atas gedung. Ceritanya ada lima orang yang tiba-tiba saja  terjebak di suatu lift gedung pencakar langit. Kelima orang tersebut terdiri dari seorang salesman, staff sekuriti temporer, seorang wanita paruh baya, seorang pemuda mantan marinir dan seorang wanita muda. Lift tersebut tiba-tiba mati tanpa sebab yang jelas kemudian satu per satu mulai terluka dan terbunuh secara misterius hingga akhirnya kelima orang tersebut saling tuduh-menuduh siapa yang tlah melakukan pembunuhan itu. Tidak ada diantara mereka yang tahu siapa yang telah membunuh karena lampu lift selalu mati saat kejadian. .Ada unsur supranatural dalam film ini, ketika diduga ada kekuatan iblis yang berperan dalam kejadian misterius tersebut. Jadi sebenarnya siapa yang merupakan jelmaan iblis yang menjadi pembunuh diantara kelima orang tersebut?

Film ini diproduseri oleh M. Night Shyamalan, di sutradarai oleh John Erick Dowdle (Quarantine) dan ditulis naskahnya oleh Brian Nelson. Devil merupakan pembuka The Night Chronicles karya Shyamalan yang akan dibuat trilogi. Walaupun Shyamalan kali ini hanya duduk dibangku produser dan hanya menyumbang ide cerita semata, aroma misteri khas Shyamalan tetap tercium kuat difilm ini, Ciri khas Shyamalan tetap saja menguar ditiap celah misteri yang ditebar. Ga bisa dipungkiri kekuatan Shyamalan adalah pada film-film jenis ini. Walaupun ia tidak men-direct langsung, tapi terasa sekali adanya peran lebih Shyamalan difilm ini. 

Devil mempunyai jajaran cast yang sama sekali tidak terkenal, mengingatkan kita pada Exam yang juga menggandeng cast yang asing dimata penonton. Menilik akting para pemainnya, semuanya cukup meyakinkan (kelima org di lift)  tapi sayangnya keterlibatan pihak-pihak diluar lift yang terlalu di expose sedikit mengurangi rasa 'terpuruk' yang dialami orang-orang dalam lift dan juga mengurangi sensasi claustrophobia untuk penontonnya. Menurutku sih kalo dibandingkan dengan film-film 'terjebak' lain seperti 127 hours dan Buried, film ini memang sama-sama bagusnya, sama-sama menegangkan, tapi tidak lebih baik karena di film ini terlalu banyak pihak-pihak diluar ''si terjebak''  yang terlibat wara wiri, menyelidiki, dsb. 

Ya mungkin memang begitulah skenarionya. tapi kalo gw sih lebih suka film-film yang bener-bener ikut nyiksa psikis penontonnya, kayak Buried misalnya karena bener-bener minim pemain.Tapi pada akhirnya Devil tetap menjadi tontonan misteri yang mampu 'mengutak atik' otak penonton, membuat kita ikut pusing menemukan kepingan-kepingan jawaban untuk menebak-nebak siapakah sang pelaku pembunuhan. yah, walaupun di beberapa bagian kadang ga fokus dalam membawa kita dalam tingkat ketegangan, tapi akhirnya di maafkan karena endingnya yang lumayan mengejutkan. Juga karena kelebihan lain yang sangat menonjol yaitu  pesan-pesan religi yang terkandung didalamnya. Happy Watching ^^



THE INCITE MILL (2010)


 


The Incite Mill bukanlah film dengan tema fresh atau original. Sebelum-sebelumnya telah banyak film thriller psychologist dengan tema serupa. Beberapa orang dikarantina atau dikumpulkan disebuah tempat lalu mereka akan beradu taktik, saling bunuh membunuh, dan siapa yang berhasil survive dialah pemenang dari permainan itu. Flm ini langsung mengingatkanku degan Battle Royale yang mempunyai tema serupa karena juga dibintangi Tatsuya Fujiwara. Inti film ini sebenarnya adalah semacam permainan hidup atau mati. 10 orang tak dikenal dikumpulkan disuatu ruang bawah tanah selama 7 hari mereka dijanjikan akan dipekerjakan disana dan akan dibayar 112000 yen perhari. Tapi ya itu tadi mereka harus mengikuti permainan yang telah diatur. Bagi yang tidak menaati aturan disana akan segera dieliminasi

Mengetahui yang menggarap Hideo Nakata, sebenernya cukup membuatku berekspektasi tinggi terhadap film ini. Setidaknya debutnya dalam Ring dan film-filmnya yang lain sudah membuktikan kehandalannya mengeksekusi karya-karya misteri. Tapi entah kenapa karyanya di film yang juga di ikutkan di ajang INAFFF 2011 ini kok sedikit kurang berhasil yah sepertinya. Padahal jujur aja alasanku menonton film ini juga karena faktor Nakata itu sendiri, dan juga karena emang suka film-film thriller yang modelnya karantina-karantina gini. 


Kekurangan film ini adalah kurang bikin deg-degan. Terasa terburu-buru kematian para kandidat-kandidatnya dan juga sisi-sisi misterius yang kurang digali dengan baik. Padahal sebuah film thriller, apalagi dibalut misteri kental, kekuatannya seharusnya ada pada kemampuan sang sineas membangun ketegangan. Tapi yang kulihat di film ini justru banyak momen-momen thriller yang terlewatkan (tidak tegang). Nakata mungkin lebih jago dalam menghidupkan misteri hantu-hantu ala sadako dibanding misteri berbumbu thriller psychologist. Kematian-kematian yang bergiliran itu juga terasa kurang tragis. 

Tapi meski begitu kelebihan film ini ada pada shock ending nya. Banyak twist-twist bertebaran di beberapa paruh terakhir film. Akting para pemainnya terbilang biasa aja. Ya mungkin karena bukan film drama yang butuh karakter mendalam tapi alangkah lebih baik jika para pemain bisa lebih misterius secara karakterisasi. Tatsuya Fujiwara sepertinya mendapatkan porsi terbanyak di film ini (mungkin sebagai daya jual) . Tapi sepertinya juga kurang berhasil karena film ini toh tetep aja flat dan tidak meyakinkan. Walaupun endingnya lumayan mengejutkan. Yah untuk tontonan sambil lalu bisa dibilang lumayan menghibur.

14 Feb 2012

HOPE SPRINGS (2012)

 

Komedi romantis mengusung permasalahan rumah tangga dan dibintangi oleh aktor dan aktris kawakan. Terlihat kurang menarik mungkin bagi sebagian orang. Tapi  komedi romantis ini mempunyai muatan cerita yang dalam. Tentang arti pernikahan itu sendiri. Apa sih sebenarnya makna dari kebahagiaan pernikahan. Hanya sebatas formalitas aja, sebatas status saja, atau ada sesuatu yang lebih berarti daripada itu. Ya Arnold (Tommy Lee Jones) dan Kay (Meryl Streep) adalah sepasang suami istri yang sudah 31 tahun menikah. Mereka hanya tinggal berdua saja karena anak-anak mereka juga sudah berkeluarga. Permasalahannya Kay sang istri merasa pernikahannya makin lama makin hambar. Sang suami bahkan hampir 4tahun sudah tak pernah menyentuhnya. Bahkan tidurpun sudah tidak berada dalam satu kamar atau bisa dibilang pisah ranjang. Bayangkan aja gimana perasaan Kay sebagai istri, Yups, tentunya Kay merasa sangat kesepian, sangat hambar dan kosong dalam menjalani pernikahannya.

Arnold Tiap hari hanya melakukan rutinitas itu-itu saja, melihat Arnold sang suami hanya melakukan hal yang sama setiap harinya seperti membaca koran, nonton golf sampai ketiduran, sungguh membosankan dan memuakkan bagi Kay. Sementara dirinya merasa diacuhkan sebagai seorang istri. Hal itu mendorong Kay untuk mengikuti sebuah konseling diluar kota. Arnold pertamanya enggan ikut dalam konseling itu, tapi lama-lama ia mau juga dan pasangan suami istri itu pun berangkat bersama-sama di daerah Maine. Arnold terlihat kurang suka dengan sesi konseling itu. Beberapa kali ia terlihat  meremehkan saat sang pakar pernikahan yaitu Dr. Bernie Feld (Steve Carell) membimbing dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Ia merasa tak pernah punya permasalahan serius dengan rumah tangganya.

Komedi romantis yang mengangkat tentang kekosongan dalam pernikahan. Kekosongan itulah yang dirasakan Kay sebagai istri. Ya walaupun ia terlihat selalu tersenyum, jauh dalam hatinya sebenernya menyimpan kekosongan yang begitu dalam. Tapi Arnold tak pernah tahu itu. Ia seakan ga peduli dan hanya sibuk dengan kesehariannya. Entah apa yang hilang dalam pernikahan pasangan tersebut. Cerita yang menarik tapi sayang Meryl Streep menurutku kurang begitu cocok dalam memerankan Kay, entah apa yang membuat nya kurang menarik. Mimik yang kurang bisa mengekspresikan kesepiannya, suasana hati seorang wanita yang diacuhkan, perasaan muak itu kurang bisa ditampilkan dengan baik. 

Akting Tommy Lee Jones sendiri malah jauh lebih baik daripada akting Streep. Ia bisa menampilkan sesosok suami yang mulai kehilangan hasratnya terhadap sang istri. Mimik mukanya mampu mengekspresikan tatapan seorang suami yang mulai bersikap masa bodo dan dingin. Juga sikap tidak respectnya saat mengikuti acara konseling dapat tersampaikan dengan baik. David Frankel mungkin terlalu fokus dengan pendalaman cerita dan mengabaikan pendalaman karakter pemainnya. Pada akhirnya Hope Springs memang masih bisa dinikmati. Sekedar bisa dinikmati sebagai sebuah drama keluarga yang mengusung tema 'berat', dan sedikit diselipkan hal-hal konyol dimomen-momen tertentu. 

Tapi tidak bisa dipungkiri ada banyak pembelajaran di film ini. Cocok ditonton untuk pasangan-pasangan yang telah lama menikah dan ingin memupuk kembali cinta yang mungkin mulai memudar kepada pasangannya. Ceritanya sih bagus, punya muatan yang dalam, mengupas tentang kekosongan dalam pernikahan. Apa yang dialami pasangan suami istri itu juga terlihat realistis, pun penyelesaiannya juga bagus dan gak maksa.Tapi sayang jajaran cast-nya tidak mempunyai chemistry satu sama lain, alhasil film ini seperti hanya lewat begitu aja, dan tidak mengena dihati. Sangat disayangkan bintang-bintang senior itu tidak berhasil menyulap film ini menjadi sebuah drama yang berkesan. Memang terasa hangat, tapi terkesan hambar dalam eksekusinya. Walaupun memiliki alur yang runtut dan rapih, tapi sekali lagi akting para pemainnya tidak berhasil menghipnotisku lebih dalam. Untungnya masih ada si ganteng nan berwibawa Steve Carell yang sedikit memberikan pemanis disela-sela kebosanan :3


11 Feb 2012

VERTIGE /HIGH LANE (2009)


 

Vertige adalah horor thriller yang ikut di ajang festifal film prancis tahun 2010. Diceritakan Fred, Karine, Chloe, Loic, dan Guillaume akan melakukan sebuah pendakian. Ketika sampai dijalur masuk pendakian sebenernya udah ada sebuah tanda kalau jalur itu terlarang untuk dilewati, Tapi salah satu dari mereka, (Fred) ngeyel dan meyakinkan untuk tetep masuk. Akhirnya mereka berlima masuk dan mulai speechles karena pemandangannya bener-bener amazing. Mereka mulai mengalami kejadian-kejadian mengerikan setelah nekat masuk ke jalur itu. Seorang psikopat telah menunggu disana.  

Sebuah premis yang bisa dibilang klise untuk ukuran film thriller. Petualangan nekat ke suatu tempat, lalu psikopat adalah unsur-unsur yang sering banget dijadikan tema film-film thriller. Vertige juga mengangkat tema serupa namun untungnya film ini gak bertele-tele. Alurnya cenderung cepat jadi ketegangan-ketegangan itu masih mendominasi dan masih bisa dirasakan.  Setelah 1 step masuk ke jalur pendakian ,kita akan langsung disuguhi tebing-tebing dengan pemandangan yang indah. Aura thriller langsung merambat disekujur tubuh saat adegan robohnya sebuah jembatan gantung, Menyusul adegan Loic yang mempunyai vertigo harus gantung-gantungan berspekulasi dengan maut. Tapi kurasa setelah itu semuanya terasa biasa aja. Thrillernya terasa menurun walaupun tensinya masih terus naik.

Kelebihan film ini selain pemandangannya yang super keren hanyalah saat scene gantung-gantungan, karena selebihnya klise banget. ketemu psikopat dan bla bla bla kamu bisa nebak sendiri lah (yang udah sering menyantap film-film thriller). Walaupun kabarnya film ini based on a true story tapi mungkin akan lebih bagus lagi kalau ceritanya lebih dikembangin sehingga gak terkesan klise. Film ini tidak menyajikan hal yang bener-bener fresh menurutku. Dari jalan ceritanya juga sangat biasa.

Kesadisan yang disuguhkan saat menghadapi sang psikopat juga bisa dibilang standar seperti film-film thriller pada umumnya.  Hanya saja sekali lagi untungnya tensi film ini terus naik dan naik sehingga terasa tetap seru untuk diikuti. Apalagi efek-efek gore-nya lumayan dapet. Sebagai film thriller adventure menurutku Vertige  masih kurang menggigit. Banyak scene-scene yang harusnya lebih  mengeksplorasi alam dan tebing-tebing yang indah tersebut. Harusnya juga lebih banyak scene yang memfokuskan gangguan vertigo itu dengan pendakian yang lebih memacu adrenalin :)


8 Feb 2012

UNSTOPPABLE (2010)


 

Berdasarkan insiden kereta api Crazy Eight yang terjadi di Ohio, Amerika Serikat pada tahun 2001,  film ini bercerita tentang melajunya kereta api yang membawa bahan kimia tanpa awak. Jadi kereta itu jalan sendiri, lepas kendali dengan tenaga full power gara-gara kelalaian si petugas. Padahal di dalamnya berisi muatan bahan kimia beracun. Nahlo :D Inti dari film ini menceritakan usaha penghentian kereta itu dengan segala cara. Bintang utama film ini adalah salah 1 aktor favoritku Denzel Washington ( Frank Barnes) juga ada Chris Pine ( Will Colson) dan Rosario Dawson (Connie). Ketiga orang itu yang akan bekerjasama untuk menyelamatkan sebuah daerah padat penduduk dari kereta liar tersebut. Bagaimanakah caranya, dan apakah mereka berhasil menghentikan keliaran kereta itu sebelum sampai daerah padat penduduk?

Sebagai film thriller-action, film ini berhasil membangun sebuah ketegangan yang intens.  Dengan dua jajaran bintang utamanya yaitu tokoh Frank dan Will yang terlihat sangat kompak . Apalagi dengan adanya tokoh Frank yang keliatan selalu optimis dan hadir seperti layaknya superhero. Frank pantang menyerah dan tidak pernah terlihat panik. begitupun Will yang juga tak kalah gigih walaupun kadang kurang optimis. Kesantaian mereka justru membuatku makin terhibur sepanjang durasi. Apalagi di film ini gak melulu hanya menyajikan adegan adegan action yang menegangkan, tapi juga diselipkan sedikit drama tentang permasalahan Will dan istrinya serta Frank dan kedua anak perempuannya.  Yang jelas film ini tidak ingin membuat penontonnya mengumpat karena tidak mencapai ''klimaks''

Intinya semua ketegangan penonton terbayar sudah. Hanya sedikit pertanyaan. Apakah benar dalam kenyataannya ''usaha-usaha yang mereka lakukan itu'' bener-bener di lakukan tokoh-tokoh asli dalam cerita aslinya, atau hanya sebatas penambahan materi cerita agar melengkapi unsur dramatisasi. Entahlah, yang jelas saya sangat terhibur dengan film ini. Sebuah thriller-action yang mampu membawa kita dalam ketegangan yang cukup maksimal, apalagi diparuh-paruh terakhir film. Sangat recomended untuk pecinta thriller :)





4 Feb 2012

BURIED (2010)



Film dengan TKP sempit ! Entah kenapa begitu suka dengan film-film jenis ini. Seperti ada seni tersendiri saat menontonnya. Senang dan puas aja kalau akhirnya sang tokoh bisa lepas dari jerat permasalahannya. Seperti film yang akan ku review ini ''Buried'' dari judulnya aja udah terasa sangat menyesakkan. Atmosphere sempit udah terasa bahkan saat pertama denger judulnya. Film ini diperankan oleh Ryan Reynolds sebagai Paul Conroy, seorang supir truk yang saat konvoi mengalami penyandraan. Gw kasih 4 jempol dah buat aktingnya dia di film ini. Ryan Reynolds mampu mengeksekusi semua adegan porsi besarnya dengan sangat total. Kenapa porsi besar? Soalnya Paul adalah satu-satunya tokoh yang ada dalam film ini selain beberapa pendukung lain yang hanya bisa dinikmati dari suara telepon.
 
Paul bisa menempatkan emosinya dengan baik dan menularkan sisi-sisi keterbatasannya pada kita. Kita diajak berekreasi kedalam arena psikologis seorang Paul Conroy, meninggalkan dan melupakan posisi kita sebagai penonton dan kemudian terhipnotis, ikut terkubur dalam tekanan bersamanya. Yah Ryan Reynolds berhasil. Ia sangat sukses membuatku mendadak ikut claustrophobia. Suara napas yang tersengal-sengal, teriakan, bahkan tangisan Paul, saat tiba-tiba  berada disebuah peti mati tanpa tau apa dan kenapa. Keterbatasan, kepengapan, ketakutan-ketakutan Paul seakan ikut mengaliri tubuhku, seakan-akan ikut tertimbun dalam tekanan-tekanan  itu, seakan-akan  ikut frustasi, ikut sesak napas dan ikut depresi. 

Sepertinya Ryan Reynolds betul-betul mempelajari bagaimana psikologis dan emosi seseorang yang sedang terkungkung. Tapi beruntung disana ia dibekali dengan beberapa benda oleh si penyandera. Sebuah handphone, zippo (pemantik api) dan sebuah pisau dan beberapa lainnya telah disediakan di peti sempit itu. Sepertinya telah menjadi 1 paket di peti tersebut bersama dengan kepengapan itu. Entah paket apa namanya. Mungkin paket terburuk yang pernah Paul terima seumur hidup. Coba bayangkan kalo kita tiba-tiba berada didalam sebuah peti tertutup, terkubur entah dimana, dan hanya bersama benda-benda kecil tersebut. Mimpi buruk .Ya ini adalah mimpi buruk seorang Paul Conroy. 

Film ini bener-bener komplit dalam menyetir emosi penontonnya. Tidak hanya aroma thriller yang terasa di sepanjang durasi. Film ini juga menghadirkan suasana keharuan di beberapa scenenya. Ryan Reynolds bener-bener total bermain. Ia bisa memperlihatkan emosi-emosi yang tepat, bahkan saat harus berbicara kepada FBI ditelpon, kekacauan jiwanya terlihat dari caranya berbicara yang terburu-buru, terengah-engah, memaki, seakan-akan ia memang sedang dalam tekanan yang tanpa seorangpun mengerti, dan tanpa seorangpun bisa menolong. Ryan reynolds bener-bener berhasil memerankan karakter one man show dengan baik.
  
Hebatnya sepanjang durasi gak ada perasaan bosan padahal sepanjang film hanya diperlihatkan Ryan didalam peti mati, semakin lama malah semakin penasaran. Dan gw angkat jempol lagi dah buat script writernya dan juga tangan dingin Rodrigo Cortez sebagai sutradara, bener-bener jeniusss. Berani membuat film dengan budget super murah tapi mampu menghasilkan tontonan yang sangat menarik. Gw udah sering nonton film-film tkp sempit, tapi Buried membuatku makin jatuh cinta dengan film-film jenis ini. Sangat menantikan film dengan setting yang lebih ekstrim lagi dan yang pasti lebih menegangkan.




2 Feb 2012

FINAL DESTINATION 5 (2011)





Bagi kamu yang penggemar setia FD pasti udah tau gimana premis khas dari rangkaian franchise FD yang selalu udah bisa ketebak. Kali ini ga jauh beda. diceritakan Sam Lawton (Nicholas D' Agosto) mendapatkan firasat  jembatan gantung North Bay yang ia lewati saat perjalanan retret perusahaan akan roboh. Dalam penerawangannya ia dan teman2nya mati satu persatu dalam kecelakaan itu. Walaupun premisnya udah bisa ditebak, tapi film ini masih menampilkan seni yang menghibur dalam menggambarkan kematian-kematian itu. Cara penggambaran kematiannya sangat tragis tapi bikin penasaran. Cara teman-teman Sam mati dalam penerawangan itu juga diperlihatkan sangat gory dan vulgar. Detik-detik menjelang hingga jembatan itu roboh pun ditampilkan dengan sangat mengerikan. Sam yang saat itu berada di bus bersama teman-teman dan kekasihnya Molly Harper (Emma Bell) segera meloloskan diri sebelum firasat itu benar-benar terjadi dan Sam berhasil lolos dari maut.

Setelah selamat dari tragedi jembatan roboh, ternyata mereka telah diintai dengan kematian yang sebenarnya. Beberapa rentetan kematian berurutan seperti kematian dalam terawangan Sam tapi kali ini dengan cara yg berbeda dan tidak terduga-duga pada tiap orangnya. Adegan paling faforit tentu saja adegan diawal-awal film saat runtuhnya jembatan gantung North Bay, kecelakaan itu mampu ditampilkan secara keren dan  mengerikan banget. Menyusul adegan penggambaran kematian teman-teman Sam yang juga tak kalah seremnya. Walaupun tidak ada yang baru yang disajikan selain rentetan kematian yang menyenangkan itu, FD5 setidaknya sudah tampil lebih baik daripada seri yang sebelumnya.

Efek 3D di film ini sangat memanjakan mata. Paling tidak itulah yang jadi kelebihan paling menonjol di film ini. Kesadisan-kesadisan yang diperlihatkan juga ga tanggung-tanggung. Mengerikan sekaligus indah ! Dan bicara tentang kejutan, emang bagian ending merupakan bagian yang paling keren. Twist nya mantapp dan ga ketebak sama sekali ! Tapi bicara akting para pemainnya menurutku biasa-biasa aja ya. Malah sepertinya muka mereka kurang begitu familiar buatku. Cuma sosok Emma Bell aja yang waktu itu pernah kulihat membintangi Frozen. Mungkin Steven Quale, sang sutradara terlalu fokus dengan penggambaran kematian-kematiannya sehingga adegan-adegan lain dan pendalaman karakter para pemainnya terasa kurang diperhatikan. Secara keseluruhan FD 5 tidak mengecewakan kok, cuma masih ada beberapa akting pemainnya yang keliatan maksa dan gak menjiwai dalam setiap adegan nya. Tapi FD 5 jelas  mempunyai kelebihan dibagian endingnya juga kehebatan efek 3D nya
  

1 Feb 2012

CRAZY STUPID LOVE (2011)


 

Yang namanya pernikahan pasti pernah mengalami suatu masa yang namanya dilanda kejenuhan, begitu juga yang dialami Cal (Steve Carell) dan Emily Weaver (Julianne Moore). Dari pihak Cal sih sepertinya tidak pernah merasakan kebosanan itu. Tapi beda dengan yang dirasakan Emily, istrinya. Sepertinya ia mulai bosan dengan pernikahan yang makin lama makin dirasakannya hambar. Terbukti saat mereka makan malam tiba-tiba saja Emily dengan spontan dan tanpa babibu langsung mengutarakan keinginannya untuk bercerai. Ya, kontan saja Cal merasa kaget dan shock. Apalagi ketika Emily mengakui sudah berselingkuh dengan rekan sekerjanya, David Lindhagen (Kevin Bacon). Tapi Cal mencoba menerima keputusan Emily, ia menyetujui untuk berpisah dengan Emily, wanita yang telah 25 tahun dinikahinya itu.

Cal melalui hari-harinya pasca berpisah dengan perasaan kecewa dan kacau. Sampai saat ia bertemu dengan seorang womanizer bernama Jacob (Ryan Gosling). Melihat keadaan Cal yang sangat menyedihkan Jacob pun berniatan mendekati Cal dan membantu Cal untuk  bangkit dan menemukan kembali 'kejantanannya'. Berbekal tekad kuat untuk membuat sang istri menyesal telah menceraikannya, akhirnya Cal pun mau dibantu oleh Jacob. Mulai saat itu sang womanizer pun mulai berperan menjadi 'mentor' pribadi Cal dan ia mulai me-makeover penampilan Cal sehingga secara drastis hidup Cal pun mulai berubah.

Komedi romantis yang cukup kompleks. Itulah kesan yang kudapatkan setelah selesai menonton film besutan Glenn Ficarra – John Requa ini. Padahal saat diawal-awal film kukira  konflik yang terjadi hanya seputar Cal dan istrinya saja. Tapi ternyata semua printilan-printilan kisah yang lain mempunyai kaitan erat satu sama lain yang berdampak besar diakhir cerita. Tapi tunggu dulu, kompleks disini bukan kompleks yang serius . Memang akan ada kerumitan dan kehebohan yang terjadi :D tapi film ini bukanlah sebuah tontonan yang berat, Crazy Stupid Love tetap menjadi tontonan yang ringan dan sangat menghibur sesuai dengan genre-nya

Film ini berjalan dengan pelan sambil mulai memainkan iramanya dengan tempo sedang. Cerita yang diusung film ini sangat erat dengan kehidupan sehari-hari. Tentang perceraian, tentang perselingkuhan, percintaan. Tema yang sangat dekat dengan keseharian dan mungkin saja kita alami, hanya saja disini diceritakan secara ringan dan tentu saja berbalut komedi. Tak berlama-lama film ini langsung memaparkan satu demi satu konflik yang terjadi, memperkenalkan  kita dengan karakter para pemainnya. Steve Carell langsung mendapatkan porsi terbanyak diawal-awal film. Kekalutannya, kegalauannya pasca sang istri minta cerai mampu ia gambarkan dengan baik. Kadang kekonyolan juga nampak ditiap ekspresinya. Ryan Gosling pun mampu tampil sempurna dengan gaya playboy nya yang cool dan elegan. Semua bintang besar yang ada di film ini, termasuk Julianne Moore dan Emma Stone juga bermain dengan baik.

Crazy, Stupid, Love adalah film komedi romantis yang tidak sekedar menawarkan cerita yang kocak dan mengundang tawa tapi juga menjadi sebuah  tontonan yang mempunyai pesan. Ya setidaknya sedikit pesan, tentang pentingnya memperjuangkan cinta sejati. Ketika kita merasa seseorang adalah belahan jiwa kita, maka hendaknya terus diperjuangkan sampai kita mendapatkannya. Film ini juga tampil menarik karena dialog-dialognya yang cerdas juga menggelitik. Semua cast difilm ini sangat mendukung kekonyolan dan kegilaan yang tersaji haha termasuk mimik muka dan gesture yang ditampilkan oleh Steve Carell. Perubahan-perubahan yang terjadi pada diri Cal mampu ter-bedakan. Cal adalah karakter favoritku difilm ini. Ia bisa tampil dengan sebegitu polosnya, tapi tiba-tiba si om yang 1 ini bisa berubah 180 derajat menjadi sangat percaya diri, ganteng, dan kharismatik, ya walaupun kadang kegugupannya masih sedikit nampak.

Naskah yang ditulis oleh Dan Fogelman sangat menarik, cara ia membangun cerita dari awal begitu runtut. Cara ia menghubung-hubungkan kejadian satu dengan lainnya sehingga kesemuanya memiliki keterikatan juga sangat rapih. Hingga twist diakhir film juga mampu ia tempatkan di momen yang tepat. Hanya beberapa kali film ini terjebak dalam kebosanan tapi itu juga segera terbayar lunas dengan momen dipertengahan menjelang akhir .Saat konflik demi konflik semua diledakkan dan pada akhirnya mampu terurai diakhir film.

Oya, difilm ini juga digambarkan bahwa cinta tak mengenal usia, ketika putra Cal secara terang-terangan menyukai pengasuhnya yang lebih tua 4 tahun darinya. Dan masih banyak lagi kekonyolan lain yang nantinya akan terungkap. Ya cinta memang kadang membutakan. Kadang membuat kita melakukan hal-hal gila dan terlihat bodoh, tapi itulah cinta yang ditawarkan di film ini, rumit, gila, tapi mampu dikupas secara mendalam sehingga menjadi tontonan yang apik dan berkesan. Happy watching-