5 Feb 2014

AFTERSHOCK / TANGSHAN DADIZHEN (2010)


 

Aftershock adalah sebuah disaster movie Cina berdasarkan kisah nyata. Film ini juga diadaptasi dari sebuah novel berjudul sama karangan Zang Ling. Menceritakan tentang tragedi gempa bumi yang pernah terjadi di China. Yaitu tragedi gempa bumi Tangshan pada 28 Juli 1976. Dan pada akhirnya cerita di film ini juga menghubungkan dengan peristiwa gempa bumi Sichuan di tahun 2008 silam. Film ini dibuat untuk memperingati gempa di Tangshan yang menewaskan sekitar 240 ribu korban jiwa, dan juga untuk memperingati kebangkitan kembali kota tsb.

Gempa Tangshan menjadi latar belakang utama film yang dibesut oleh Feng Xiaogang ini. Dimana pada suatu malam satu keluarga lengkap yakni pasangan suami istri Yuan Ni dan Fang Daqiang dengan dua orang anak kembarnya ( Fang Deng dan Fang Da) harus mengalami peristiwa memilukan yaitu gempa bumi maha dahsyat yang menyerang kota Tangshan. Daqiang dan istrinya yang sedang berada diluar apartemen terkejut ketika gempa berkekuatan 7,8 SR tersebut menguncang. Karena peristiwa tersebut suami Yuan Ni meninggal dunia. Ia berkorban nyawa untuk sang istri yang berniat menyelamatkan dua anaknya yang kala itu terjebak di apartemen. Daqiang pun harus meninggal karena terkena reruntuhan. Hati Yuan Ni sangat terguncang melihat kenyataan sang suami harus meninggalkannya, seperti guncangan dahsyat yang seakan tak henti memporakporandakan semua bangunan.

Hati Yuan Ni makin sakit ketika melihat kenyataan dua anaknya di temukan dengan kondisi tertimpa beton. Parahnya lagi ia harus menghadapi pilihan sulit. Jika tim mengangkat salah satu sisi dari beton itu, maka salah satu anaknya akan selamat namun akan membunuh salah satu dari mereka. Para penyelamat meminta Yuan untuk memilih mana diantara anaknya yang ingin diselamatkan. Awalnya Yuan Ni menolak untuk memilih, tapi karena tim penyelamat terus mendesak agar memilih, maka Yuan Ni pun dengan berat hati akhirnya memilih salah 1 dari mereka untuk diselamatkan. Tak disangka salah satu anak yang di korbankannya yang diduga telah meninggal ternyata tanpa sepengetahuannya masih hidup dan diadopsi oleh seorang tentara penyelamat

Si anak tersebut pun akhirnya menjalani hari-hari hingga ia dewasa dengan keluarga barunya, sementara Yuan Ni bersama satu anaknya melanjutkan hidupnya. Begitulah pada akhirnya hari demi hari, masa demi masa pun berganti. Film ini berjalan dengan durasi sangat panjang karena menceritakan kehidupan beberapa generasi. Tapi gak terasa membosankan sih. Justru kalo menurutku detailnya film ini dalam memaparkan tiap jenjang kehidupan si anak dari kecil hingga dewasa itu yang menarik dan asik dinikmati.

Jadi peristiwa bencana  hanya menjadi pondasi cerita saja, selebihnya hanyalah diperlihatkan bagaimana Yuan Ni dan kedua anaknya melanjutkan hidup dengan keluarga masing-masing setelah peristiwa memilukan tersebut. Bagaimana Yuan Ni tetap bisa bertahan selama 32 tahun, menyimpan kepedihan dan rasa kehilangan yang mendalam. Bagaimana si anak yang dikorbankan menyimpan rasa trauma, rasa kecewa karena mengingat bahwa ia tak pernah dipilih oleh sang ibu saat itu. Sampai akhirnya semua emosi seperti meledak di akhir film. Berbagai macam perasaan, rasa bersalah, luka, kenangan seperti membuncah di akhir film ini yang membuat air mata ini selalu menggenang dan akhirnya berderaian.

Film ini memang berhasil dalam memaparkan semua melodramanya yang membuatku larut dalam keharuan. Tapi entah kenapa kok agak kurang greget ya dibagian menuju klimaks nya. Rasanya kurang dramatis, terutama saat dilokasi gempa Sichuan, harusnya bisa lebih emosional lagi dan gak terburu-buru. Yang kurasakan ada beberapa scene yang terlalu cepat berganti dan dipersingkat dibagian tertentu, jadi mengurangi efek dramatis itu sendiri. Tapi mungkin memang untuk mempersingkat cerita, mengingat film ini mencakup beberapa generasi. Tapi tetap saja, kalau menurutku bagian menuju klimaks itu ga boleh terburu-buru karena termasuk pokok /yang dinanti-nantikan

Tapi secara keseluruhan sih keren. Suka sekali dengan penggambaran gempa di Tangshan pada awal film. Terlihat nyata dan dramatis sekali. Suasana lusuh dan dark-nya juga terasa. Pergantian nuansa masa lalu dari tahun ke tahun sampai akhirnya ke masa kini juga ditampilkan dengan natural. Akting para pemainnya pun total. Suka sekali dengan akting ayah angkat Deng (Daoming Chen). Kualitas akting Fang Deng dewasa (Jingchu Zang) juga cukup apik dan berkesan. Begitupun akting sang ibu, Yuan Ni  (Fan Xu) ia terlihat menjiwai. Raut muka keibuannya seperti benar-benar menyimpan luka, kadang terlihat rapuh, ada kelembutan namun disisi lain juga menyimpan kekuatan dan ketegaran.   

Salah satu drama mandarin yang sangat mengesankan. Penuh nilai-nilai kehidupan dan sangat menyentuh. Mengajarkan banyak sekali hal, Tentang arti pengorbanan, tentang kasih ibu yang tak lekang oleh waktu, tentang pentingnya saling tolong menolong. Hmmm keren banget lah..


3 komentar:

Widhy Hr mengatakan...

Saya baru saja nonton film ini. Mbak Ratih telah menggambarkan dan mengulasnya dg sangat baik sekali.

Ini film yg luar biasa bagus (kalau saya bilang sempurna) dari berbagai aspeknya. Saya rasa film ini layak ditonton sepanjang masa. Dan setiap insan yg menontonnya saya yakin akan memetik hikmah kehidupan yg mendalam, yg busa 'menggugah' kesadaran diri ttg kehidupan yg telah dijalaninya saat ini utk mengarah kpd kualitas kehidupan di masa berikutnya.

Waduh, sekian. 😀

Unknown mengatakan...

Saya nonton film ini skitar 3 th yg lalu. Tpi masih ingat betul reaksi saya ketika prtama kali menontonnya. Saya paling suka sat bagian akhir.. dmna fang Deng mengunjungi ibunya utk pertama kalinya. Saat fang Deng menatap foto dirinya dan ayahnya di dinding sang ibu menatapnya dari blkang dan kmudian bersujud meminta maaf kpd anaknya... jujur mbk waktu saya baper ikutan nangis����������

Unknown mengatakan...

Ini kali pertama saya tonton, saya menitikkan air mata saat dua orang anak tertimbun beton yang sangat berat. Sangat dahsyatnya dan sangat kuatnya goncangan gempa di malam hari dimana semua warga perkotaan sedang tidur dan beristirahat. Sangat luar biasa bila mereka mengingat akan peristiwa di tahun 1976 dan 2018.
Sukses buat skenarionya ��