30 Jun 2012

CHLOE (2009)


Sulit sebenernya menyebut film besutan Atom Egoyan ini sebagai film thriller, karena lebih banyak muatan drama bernuansa psikologis disini. Adapun sedikit thriller hanya menyempurnakan drama itu sendiri yang memang sudah membaluti film ini seutuhnya. Catherine seorang ginekolog yang sangat sukses dan mapan dalam pekerjaannya. Pada suatu hari ia mendapati foto mesra suaminya David (Liam Neeson) diponselnya, lalu didorong kecurigaan ia pun menyewa jasa seorang pelac*r untuk menggoda suaminya. Cewek tuna susila tersebut bernama Chloe (Amanda seyfried), ia adalah wanita yang sering dilihat Catherine dari balik jendela kamarnya.

Chloe sering terlihat keluar dari hotel. Maka ia pun mulai menemui Chloe dan menyuruh Chloe menggoda David suaminya. Setiap selesai bertemu David, Chloe akan ''ditagih'' cerita oleh Catherine apa-apa yang dilakukan dengan suaminya. Ketika mereka bertemu ,Chloe pun akan bercerita secara gamblang apa-apa yang dilakukannya dengan David . Pergolakan dihati Catherine pun dimulai ketika Chloe bercerita. Di satu pihak ia sangat ga terima dan cemburu , tapi dilain pihak ada juga getaran-getaran dihatinya, suatu rasa ketertarikan untuk mendengarkan cerita-cerita Chloe yang membangkitkan rasa erotisnya .

Seperti ku bilang tadi, bumbu drama di film ini lebih mendominasi ketimbang  thriller yang disajikan, dan di film ini emang lumayan banyak adegan vulgar. Tapi walaupun begitu, nuansa erotik dalam film ini tetep ga norak dikemasnya. Terkesan ga murahan dan ga lebay, sangat pas dan tidak ''mengumbar''. Yang jelas film ini tetep terkesan berkualitas walaupun dibalut dengan unsur seksis disana sini. Makin memukau ketika jajaran cast yang terdiri dari para bintang besar itu semua bermain dengan kualitas akting yang mumpuni. Apalagi dua pemain kawakannya yaitu aki Liam dan Julianne Moore, terutama untuk Julianne Moore yang menurutku lebih mendapatkan porsi banyak. Akting Amanda juga oke banget. Karakternya sebagai cewek yg annoying lumayan ngena.  Duet akting Julianne Moore dan Amanda pun menurutku juga kerenn, chemistrynya dapet banget. Terbukti sepanjang film yang di penuhi adegan mengobrol antara Catherinne dan Amanda mampu tetap menarik untuk diikuti. Ga yakin deh kalo bukan mereka berdua yang memerankan karakter itu apakah masih bisa melek nonton nih pilem hehe

Film ini ga cuma mempesona di jajaran castnya yang berakting gemilang, tapi juga dari jalan cerita yang penuh dengan pergolakan psikologis para pemainnya. Dengan mengangkat konflik yang berkisar tentang krisis rumah tangga  dan juga krisis pergolakan dalam diri Catherinne yang makin lama semakin merasa tidak dianggap oleh suaminya sendiri, bahkan merasa tak pernah mampu menarik perhatian suaminya. Pergolakan-pergolakan jiwa Catherinne menarik, tersampaikan pula dengan akting yang ciamik dan sangat menjiwai.

Atom Egoyan juga sepertinya menitipkan pesan dalam film ini dimana kepercayaan dalam kehidupan suami istri itu penting. Jangan bertindak gegabah dan jangan mempercayai seseorang begitu aja kalo ga mau malah terperosok ke jurang yg sesungguhnya. Begitulah sepertinya pesan-pesan yang bisa ditangkap dari film drama 1 ini. Sangat menarik, mengangkat permasalahan rumah tangga dalam film yang juga dikemas dengan unsur-unsur seksis yang elegan, tidak sekedar nyampah dan dengan pemilihan aktor dan aktris yang juga tepat, di tambah pula dengan sedikit nuansa thriller yang tidak kental tapi cukup memberikan ketegangan. Drama yang sempurna, cukup mengesankan :)

 
 

25 Jun 2012

THE RUINS (2008)


 

Jeff (Jonathan Tucker) dan Amy (Jena Malone), juga Stacy (Laura Ramsey), dan Eric (Shawn Ashmore) yang tengah berlibur ke Meksiko tiba tiba  berkenalan dengan Mathias (Joe Anderson), turis lainnya, yang kemudian mengajak mereka untuk mengunjungi sebuah reruntuhan kuil Maya yang tak dikenal. Setiba disana, mereka disambut oleh sejumlah penduduk setempat yang sama sekali ga ramah. Mereka  dikepung oleh penduduk lokal yang bersenjata lengkap sampai mereka akhirnya  terjebak berhari-hari di atas candi/ bangunan kuno itu dan keberadaan mereka sebagai manusia pun mulai terancam.

The Ruins diangkat dari novel karya Scott Smith dan di film ini ia juga yang menggarap skenarionya. Jujur ekspektasiku sebenernya ga terlalu tinggi, mengingat sebelumnya  jarang  mendengar judul film ini. Premisnya sebenarnya klise, yaitu tentang sekelompok anak muda yang berlibur dan kemudian terjebak disuatu tempat lalu terancam akan sesuatu hal. Plot yang pasaran bukan? sekelompok muda mudi ingin bersenang-senang bersama pasangan masing-masing ketika kemudian terjebak di suatu tempat awam lalu berusaha survive.

Yapp lagi-lagi film survival, entah kenapa aku suka banget film-film kayak gini. Ngeliat mereka bertahan berhari-hari, kekurangan makanan, tertekan secara psikis. Walaupun premisnya cukup klise, tapi The Ruins mempunyai ide cerita yang sangat gak biasa karena si peneror adalah sesuatu yang unik dan ga pernah kutonton di film-film horor sebelumnya. Biasanya thriller-thriller lain menyuguhkan teror hewan buas, psikopat, atau bahkan zombie tapi di sini justru tanaman lah yang menjadi teror, dan tanpa disangka justru lebih mengerikan. 

Banyak thriller lain yang juga menegangkan dan mengancam tapi ga ada yang bener-bener sampai bikin ngilu. Melihat tanaman itu menjalar-jalar di balik kulit bahkan bisa berkembang biak di dalam tubuh  sangat bikin ngilu buatku (semoga ini bkn spoiler :p )  Apalagi di film ini lumayan banyak adegan gore-nya yang lumayan bikin miris. Akting para pemain sih standar aja, tapi lumayan bisa membuat kita ikut terbawa juga, seakan-akan ikut kebingungan dengan situasi-situasi yang mereka hadapi. The Ruins adalah film yang sangat mengesankan dan cukup fresh buatku yang jarang menonton film-film bertema arkeologi .

 

24 Jun 2012

CASE 39 (2009)



 

Emilly jenkins (Renee zelwegger) adalah seorang petugas sosial yang biasa menangani kasus anak-anak terlantar. Suatu saat ia dihadapkan pada kasus ke 39.  Kasus seorang gadis berusia 10 tahun yang mengaku akan ''dikirim ke neraka'' oleh orang tuanya (orang tua gadis itu memang terbukti berusaha membunuh anaknya tersebut ) Gadis itu adalah Lilith sulivan (Jodelle Ferland). Dari luar Lilith tampak manis, tidak ada yang janggal darinya, maka kemudian Emilly bersimpati dan mau membawa Lilith tinggal bersamanya sambil menunggu ada keluarga yang mau mengadopsinya. tapi ternyata 1 persatu teman dekat Emilly mulai terbunuh misterius.

Bukan kali pertama buatku nonton film kayak gini. Sebelumnya pernah ada film sejenis yaitu The Omen dan yang masih sangat melekat adalah Orphan tentunya  yang menurutku jauh lebih bagus dan tentunya pemerannya juga lebih imut yaitu Isabelle Fuhrman.  Film yang di sutradarai Christian Alvart ,sang sutradara Pandorum ini standar aja menurutku. Malah banyak keklisean-keklisean di dalamnya, seperti tema nya yang tidak lagi orisinil. yaitu tentang pengadopsian anak, kemudian jalan cerita yang terjebak dalam pakem film-film thriller. 

Film ini sepertinya menjadi film horor pertama untuk Zellweger (kayaknya sih). Mengingat, aktris yang memenangkan academy awards di film Cold Mountain ini sepertinya lebih sering bermain dalam film-film drama. Tapi akting Zellweger juga tidak mengecewakan sih, malah sebenernya diriku cukup bertanya-tanya kenapa aktris yang mempunyai nama besar seperti Zellweger mau bermain dalam film kelas b seperti film ini. Bahkan sepertinya film ini juga cuma direct to dvd aja kalo ga salah

Satu hal yang membuatku pengen nonton sebenernya adalah karena tema film ini  mirip-mirip dengan Orphan, dan juga sekilas posternya agak mirip dengan poster The Others. Juga karena nama-nama besar pemainnya seperti Zellweger, juga Jodelle ferland. Tapi beruntunglah para pemain yang jadi nilai jual tersebut berakting dengan oke alias tidak mengecewakan. Yah, setidaknya bisa menutupi kekurangan-kekurangan di film ini. walaupun akting Jodelle sometimes  terlihat kurang dingin, beda dengan ishabelle furhman (Orphan ) yang dari ngeliat sosoknya dengan pita yang ngelingker dilehernya aja udah creepy banget auranya. 

Tapi tetep aja aktris cilik asal kanada ini bermain dengan sangat baik. Tapi sayang, akting para cast-nya yang sudah cukup mumpuni tersebut gak diimbangi  juga dengan  jalan cerita yang  special . Bahkan endingnya pun cuma ''begitu aja'' Cukup mengecewakan bagiku yang mengharapkan adanya twist  atau setidaknya ending yang agak gimanaa lah. Tapi diluar semua kekurangannya, film ini masih layak tonton, setidaknya untuk menghabiskan akhir pekan :)

20 Jun 2012

ATM (2012)


 

Banyak film-film bertema claustrophobia yang pernah ada. Sebut saja Devil, Buried, Phone Booth dan Exam. Satu lagi film ruang sempit karya David Brooks yang baru saja ku tonton  yaitu ATM. Cerita bermula ketika Emily, David, dan Corey baru saja pulang dari acara natal di kantor. Karena lapar dan ingin beli makan, Corey berniat  mengambil uang di ATM sekitar rest area. Tapi naas bagi mereka, karena di malam yang dingin itu, di bilik ATM , mereka bertiga harus menghadapi teror sesosok misterius diluar ATM yang sama sekali ga menampakkan mukanya. Entah apa motiv si peneror  ini, sangat gak jelas kenapa tiba-tiba dia meneror 3 orang itu. Bahkan kenapa tidak langsung masuk ke bilik ATM aja kalo emang niatnya mau ngebunuh, malah diam dan mengamati mereka diluar ATM

Film yang  tidak mejeng dibioskop ini memang  ditulis juga oleh Chris Sparling (Buried). Sepertinya Chris Sparling seneng banget ya bikin cerita film dengan tema ruang sempit. Kali ini ATM lah yang dipilihnya sebagai lokasi yang menjebak sepanjang film. Idenya sih lumayan oke, tapi entah kenapa rasanya hambar-hambar aja ya. Sangat beda sekali dengan Buried yang berhasil menghipnotis dari awal film sampai akhir. Gw sih gak bilang film ini jelek banget at least ga sampe bikin ketiduran waktu nonton

Secara jalan cerita ATM  sangat biasa seperti formula film-film thriller ruang sempit yang pernah kutonton. Dengan ketegangan yang ala kadarnya. Pemilihan setting ruangan ATM  pun  ternyata juga tidak membuat film ini jadi mencekam karena ga ada aura kegelapan dan keterpurukan di sana. Sialnya lagi para pemainnya pun bermain biasa aja. Jadi akhirnya ya hanya kebosanan  yang dirasakan sepanjang film. Sepertinya David Brooks kurang memaksimalkan karakter-karakter para pemainnya sehingga cenderung tidak bisa dirasakan kuatnya interaksi mereka pada saat berdialog. Pada akhirnya film ini jadi begitu flat dan terasa sangat membosankan

'Jebakan-jebakan betmen' yang sengaja di ciptakan untuk ngibulin penonton pun sepertinya juga ga berhasil karena hampir semua udah bisa ketebak. Teror dari sang  psikopat tersebut juga terasa garing karena aksinya cenderung pasif. Apalagi sampai film berakhir gak dibeberkan apa motiv utama sang psikopat. Jadi serba gak jelas dan sepanjang film hanya bertegang-tegang ria saja. Padahal kalau misalnya David Brooks mau sedikit memoles film ini dengan dialog-dialog yang lebih cerdas dan menarik, sedikit menaikkan tempo film dengan ketegangan maksimal. juga,dengan pemilihan cast yang tepat, pasti film ini akan jadi tontonan yang hidup.