12 Nov 2012

THE POSSESSION (2012)


 

Film dengan tema supranatural akhir-akhir ini memang sedang merajai tema film horor. Bukan hanya sekarang sih, dari jaman dulu juga udah banyak film-film yang mengusung tema supranatural. Seperti halnya The Exorcist, The Skeleton Key, lalu ada juga Insidious dengan projection astralnya, kemudian The Last Exorcism ditahun yang sama. Seakan gak bosan dengan tema itu, Sam Raimi kali ini memunculkan film horor bertajuk The Possession, dengan mempercayakan Ole Bornedal sebagai sang sutradara.

Clyde (Jeffrey Dean Morgan) dan Stephanie Brenek (Kyra Sedgwick) adalah pasangan yang telah bercerai. Mereka mempunyai dua puteri yaitu Hannah (Madison Davenport) dan Emily (Natasha Calis). Walaupun telah bercerai tapi mereka selalu bergantian dalam menjaga anak-anak mereka. Ada kalanya Clyde yang membawa anak mereka, dan juga sebaliknya. Suatu saat Clyde membawa kedua putri mereka ke semacam garage sale . Disana banyak barang-barang yang telah terpakai dijual kembali. 

Ga sengaja Emily melihat sebuah benda yang menarik perhatiannya. Sebuah kotak kayu antik yang sangat kuno. Emily pun meminta ayahnya untuk membeli kotak itu, dan bisa ditebak tentunya. Setelah itu banyak kejadian-kejadian misterius yang terjadi. Emily mulai memperlihatkan tingkah aneh. Menjadi sosok yang berbeda dan misterius. Clyde pun mulai menyelidiki apa yang terjadi dengan sang putri dan berusaha menyelamatkannya dari pengaruh kotak tersebut

Film ini mempunyai opening yang lumayan bikin penasaran. Setidaknya adegan  itu cukup membuatku berekspektasi lebih untuk adegan-adegan selanjutnya. Apalagi dengan embel-embel kisah nyatanya yang lebih membuat penasaran. Tapi selepas opening, film ini seperti kehilangan daya tariknya. Bornedal terlalu banyak menyisipkan adegan-adegan yang justru malah membuat aura horor yang telah dibangun dari awal hilang. Pada akhirnya ya hanya bisa menunggu kapan Bornedal akan memanaskan kembali adrenalin kita. Karena selepas opening yang sangat terkesan horor itu, seolah-olah film ini berubah menjadi lambat dan tidak lagi mengancam

Cukup lama waktu yang dibutuhkan hingga saat Bornedal kembali membangunkan kita dari kebosanan. Ya, karena film ini berbalut drama jadi sisi-sisi horornya lebih banyak 'termakan' dengan nuansa drama itu sendiri. Kalaupun ada kelebihannya, mungkin hanya akting dari Natasha Calis (Emily) yang patut diacungi jempol. Adegan kerasukannya bener-bener keren dan menjiwai. Gerak-gerik dan tatapannya lumayan mengancam untuk ukuran aktris seusianya. Pengambilan gambarnya juga lumayan keren, apalagi pada saat adegan-adegan exorcism. Tapi Bornedal  sepertinya terlalu banyak meninggalkan kita dan sibuk dengan dramanya. Padahal disini yang diharapkan adalah nuansa horror yang akan terus menghantui sepanjang film. 

Menurutku film horor yang bener-bener horor itu adalah yang bisa menjaga nuansa creepy nya sepanjang film. Entah dari dialognya, dari scoringnya, atau pun suasananya. Tapi di film ini hanya beberapa momen aja yang bener-bener dapat dirasakan nuansa horornya. Kebanyakan malah berkutat seputar kisah dramanya. Jadi ibarat mesin yang udah panas, jadi dingin lagi karena film ini ga bisa menjaga intensitas dalam menakuti penonton. Tapi bukan berarti film ini buruk sampai ga bisa dinikmati. Masih bisa dinikmati kok, setidaknya untuk orang-orang yang pingin melihat horor yang tidak terlalu membuat trauma. The Possession tentunya bisa jadi pilihan. Happy Watching :)


28 Sep 2012

RED LIGHTS (2012)



   
Red Lights, sebuah film karya Rodrigo cortez. Tentu masih ingat kan dengan sutradara 1 ini. Yups, sang sutradara yang pada tahun 2010 lalu pernah sukses menggarap film berbudget super minim dengan ide genius, Buried. Kini Cortez hadir kembali mengusung Red Lights, sebuah film bergenre thriller supranatural. Red Lights secara singkat menceritakan tentang penyelidikan Dr Margaret Matheso (Sigourney Weaver)  yang skeptis terhadap dunia paranormal  bersama asistennya yang seorang Fisikawan bernama Tom Buckley (Cillian Murphy). Penyelidikan tersebut dilakukan Dr Margaret dan Tom dengan bantuan seperangkat alat yang mampu menangkap sinar merah dan menangkap gelombang suara. Setelah berhasil membuktikan kebohongan mentalis Leonardo Palladino (Leonardo Sbaragilla) kini mereka kembali mencoba membongkar kebenaran kekuatan supranatural dari seorang mentalis legendaris yaitu Simon Silver (Robert De Niro)  yang baru kembali setelah 30 tahun menghilang. 

Sebenernya lumayan tertarik dengan tema yang diusung. Tentang dua ilmuwan yang skeptis terhadap dunia paranormal dan berusaha membongkar kepalsuan-kepalsuan yang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku mempunyai kekuatan supranatural. Namun film ini sepertinya kurang bisa menyampaikan maksud-maksudnya. Banyak yang tidak tergali di beberapa bagian ceritanya. Sepanjang film banyak pertanyaan-pertanyaan bersliweran di otak yang akhirnya tidak dijelaskan di akhir film kenapa dan bagaimana. Bahkan ketika twist telah dibeberkan  di endingnya, rasanya juga kurang nendang. Red Lights  jelas belum bisa menyamai seniornya The prestige yang lumayan mirip ide filmnya, yaitu tentang pembongkaran trik magic. Juga tidak sekeren film supranatural lainnya seperti The Sixth Sence. 

Yah mungkin hanya  nama-nama di jajaran cast nya itulah yang lumayan memberi nilai positiv dan lumayan memberi magnet untukku menonton film ini, terutama karena adanya Cillian di film ini :p Selebihnya Red Lights tidak begitu memuaskan buatku. Sebagai thriller menurutku Red Lights juga terasa kurang memberikan ketegangan. karena sepanjang film hanya menjejali kita dengan pertanyaan-pertanyaan di otak yang tidak terselesaikan, juga sedikit twist yang agak membingungkan sampai akhirnya kita menyadari apa yang sebenernya terjadi.  Overall  film ini tidak buruk, hanya saja kalau misalnya ceritanya dieksekusi dengan lebih jelas, pasti akan lebih memuaskan untuk di tonton :)



15 Agu 2012

DONT CLICK (미확인 동영상: 절대클릭금지) (2012)

 



Tema video terkutuk dalam sebuah film horor tentu sudah sering kita temui dalam film-film horor sebelumnya, seperti Ringu (1998), dan  Pulse (2006) . Kini Kim Tae-Kyeong sineas  yang pernah mendebut The Ghost ikut-ikutan membuat film bertema video terkutuk. Namun kali ini ia mengangkat tema yang lebih modern, yaitu menggunakan sarana youtube dan teknologi canggih masa kini. Jung-mi adalah seorang pelajar yang  terobsesi  menjadi terkenal. Setelah  ditinggal orang tuanya ke  AS ia sering mengunggah video-video tarian seksinya ke youtube hingga ia menjadi siswa yang sering bermasalah.  

Suatu hari, karena penasaran, Jung-Mi meminta pacar kakaknya (See Hee),  Joon-Hyuk, yang bekerja sebagai IT freelance di kepolisian, untuk men-download sebuah video terlarang yang sedang ramai dibicarakan orang. Setelah menonton video tersebut serangkaian kejadian aneh terjadi dengan Jung-Mi.  Akhirnya, See Hee harus menemukan cara untuk menyelamatkan adiknya  dari kutukan tsb. Dengan bantuan pacarnya, Joon-hyuk, Se-hee memutuskan untuk menonton klip tersebut dan menemukan petunjuk untuk menyelamatkan adiknya. 

Tema film ini lumayan menarik, mengangkat tema video kutukan tapi disesuaikan dengan perkembangan jaman, dimana teknologi dan alat komunikasi serta internet sudah menjadi suatu kebutuhan pokok sehari-hari. Sorotan pertamaku kali ini tertuju pada pemeran Jung-mi. Aktingnya sih lumayan total, ekspresi dalam menggambarkan ketakutan-ketakutannya juga lumayan dapet walau kadang agak lebay. Sedangkan sang kakak (See Hee), mukanya memang lebih cantik dan lebih lembut dari Jung mi tapi aktingnya cenderung kurang total. Hanya di akhir-akhir saja ia menunjukkan ketotalan itu. Sedangkan akting Joon hyuk (pacar sang kakak) menurutku standar-standar aja sih, tapi lumayan melengkapi jajaran departemen akting yang minim tersebut. 

Tapi tunggu dulu, walaupun minim cast, Dont Click tetap mampu menggenjot adrenaline dengan teror dari kamera, webcam dan juga cctv tersebut. Di awal-awal memang belom begitu terasa teror-teror tersebut. karena kita baru diperkenalkan dengan sosok kakak beradik itu. Baru setelah Jung-mi mulai menerima video kutukan tersebut keadaan mulai mengancam mereka. dan teror untuk penonton pun dimulai. Penonton dipaksa untuk menahan napas, dari pertengahan film sampai akhir. Bahkan ketika kita pikir teror itu telah mereda, kita seakan kembali dilempar dalam ketegangan dan ketakutan yang lebih jauh lagi. 

Yang kusuka dari film ini, walaupun sedikit lambat mencapai klimaks, tapi tensi ketegangannya (terutama di akhir-akhir film) tetap terjaga dengan baik sehingga gak membosankan. Dan yang pasti, karena ini tipe-tipe horor asia, sudut-sudut pengambilan gambar, detail-detail  dan tetek bengeknya  sangat  diperhatikan banget. Kekurangan-kekurangan di film ini, gw kurang suka dengan endingnya yang terlalu frontal dan terkesan seperti horor lokal (balas dendam hantu). Si hantu sendiri juga ga begitu menakutkan. Tapi secara keseluruhan Dont click not bad lah. Happy watching :)



14 Agu 2012

SUPER 8 (2011)


 


Sekelompok remaja di kota Lilian sedang membuat film zombie amatiran didekat rel kereta ketika tiba-tiba mereka tak sengaja melihat kecelakaan  sebuah kereta yang menabrak sebuah truk yang tiba-tiba saja melintas. Joel Courtney ( as Joe Lamb), Elle Fanning (Alice Daynard), Riley Griffiths (Charles Kaznyk), Ryan Lee (Cary) dan Zach Mills (Preston) bukanlah anak-anak yang mempunyai kekuatan super (tidak ada kaitannya dengan judulnya). Super 8 lebih berkaitan dengan kamera yang mereka gunakan dalam pembuatan film tersebut. Mereka kebetulan  membuat sebuah film dengan kamera berjenis super 8, maka kemudian film ini diberi judul Super 8. Tak disangka pagi hari setelah kejadian mengerikan tersebut banyak hal-hal misterius yang terjadi di kota Lillian. Beberapa orang, bahkan anjing-anjing  hilang, alat-alat rumah tangga pun juga raib. Apa hubungannya misteri-misteri itu dengan benda-benda yang sempat ditemukan Joe dkk didekat gerbong kereta?   

Kenapa yah bagiku film ini terasa sangat membosankan. Padahal rating di imdb lumayan mantap, diproduseri Steven Spielberg pula. Disutradarai juga oleh Jeffery Jacobs Abrams,  sang produser Clovervield yang sering menyembunyikan sang villain utama dalam tiap trailler dan film-filmnya. Yap mungkin saja jurus itu memang manjur kala ia terapkan di film Cloverfield dan film-filmnya yang lain, tapi menurutku tidak dengan filmnya yang 1 ini. Gw malah merasa bosan dan ngantuk ketika menonton. Mungkin JJ Abrams emang hoby banget memasukkan unsur-unsur drama di film-film sci-finya. Entahlah, yang jelas  sentuhan drama tersebut  justru membuat film yang harusnya fokus dalam ketegangan-ketegangan, menjadi datar dan bertele-tele.  

Tokoh utama dalam film yang disembunyikan itu juga udah bisa ditebak banget. Wujudnya juga bukan merupakan sesuatu yang baru. Jadi bagiku film ini tidak menawarkan sesuatu yang special. Mungkin yang bikin penasaran hanya pas awal-awal mereka menemukan kubus-kubus misterius tersebut. selebihnya sangat flat. Ya mungkin terlalu sadis juga kalo ku bilang film ini ga ada bagus-bagusnya karena dibagian-bagian tertentu tetap ada scene-scene yang lucu dan menarik juga, seperti waktu adegan  Elle Fanning sedang take adegan menjadi zombie, dan juga scene yang menarik lainnya adalah saat kecelakaan kereta yang super dahsyat itu .

Sepertinya film ini lebih menghibur untuk kalangan anak-anak dan remaja karena dibumbui kisah cinta monyet, juga dibumbui drama keluarga. Mungkin kalo ceritanya lebih difokuskan pada scene penggarapan film  dan scene makhluk asing akan lebih menarik dan tegang . Tapi nyatanya malah ceritanya meluber kemana-mana dengan bumbu drama disana sini. Untung saja  anak-anak yang bermain di film ini mempunyai kualitas akting yang mumpuni. Jadi bisa sedikit menutupi kekurangan-kekurangan. Happy watching :)

17 Jul 2012

THE B0Y IN THE STRIPED PAJAMAS (2008)


The Boy In The Striped Pajamas adalah sebuah film dengan latar masa genosida holocaust yang dilakukan Nazi di Jerman. Berkisah tentang persahabatan terlarang Bruno-the Deutschland Uber Allez, seorang anak dari keluarga tentara Nazi yang mengepalai kamp konsentrasi, dengan seorang anak Yahudi bernama Shmuel yang menjadi tawanan di kamp konsentrasi. YA.. pada awalnya Bruno harus ikut pindah dengan keluarganya ke daerah terpencil, mengikuti ayahnya  yang dipindah tugaskan. 


Bruno mengenal Shmuel ketika iseng menjelajah belakang  rumahnya yang ternyata merupakan kamp konsentrasi. Padahal ibunya selalu melarangnya ke belakang rumah tapi karena di dorong rasa ingin tahu dan jiwa bolang nya Bruno nekat menuju ke belakang rumah yang disangkanya hanya pertanian.  Bruno tentunya senang  bertemu dengan Shmuel setelah berhari-hari merasa kesepian di lingkungan barunya yang terpencil. 

Akhirnya ia tiap hari mengunjungi Shmuel dan membawakan makanan. Tapi persahabatan mereka tentu saja ga seperti layaknya persahabatan diluar sana. Tiap bercengkrama dan bermain, mereka harus dipisahkan oleh sebuah pagar kawat. Bruno seringkali merasa aneh karena semua orang di tempat itu memakai piyama bergaris , termasuk seorang pelayan di rumahnya yang juga  memakai piyama.  Lambat laun persahabatan mereka pun makin dekat. dan naluri seorang sahabat pun lambat laun tergerak untuk melakukan sesuatu untuk sahabatnya, tanpa ia tahu dibalik perbuatannya ada resiko besar yang mungkin terjadi.

Yaa, film ini ku akui sangat menyesakkan dada, mengharukan, menyentuh, segala pujian dehh, keren banget. Sebuah film independen yang sangat-sangat bagus. Menceritakan persahabatan indah tanpa mengenal perbedaan. Kepolosan anak-anak umur 8 tahun dengan segala sudut pandangnya yang sangat sederhana. keingintahuan mereka, kesetiakawanan yang berakhir tragis dan menyentuhhh. Ah lagi-lagi harus memuji film besutan Mark Herman ini. Kadang dalam menonton film kita seringkali menemukan ending yang bikin  nyesek. Nah film ini  tipe-tipe film yang juga bikin nyesekk.  Kalo dulu pernah ada yang nonton The Mist,  film ini sedikit sama rasa nyeseknya. Tapi kalo The mist rasa nyeseknya lebih ke sakit hati jatohnya :D, sedangkan  film ini lebih ke perasaan sedihhh dan menyentuh.  


Kita harus mengacungkan jempol buat para cast tentunya. Akting pemainnya terutama Asa Butterfield (Bruno) dan  Vera varmiga (ibunya Bruno) sangat baguss. Intinya sih  kalo gw lebih melihat film ini dari sudut pandang kepolosan serta keluguan Bruno yang notabene ga tau apa-apa tentang pekerjaan ayahnya. betapa sudut pandang seorang anak 8 thn tuh masih sangat sangat innocent dan hanya ingin bersahabat. Pesan tersirat yang sekiranya bisa di tangkap tentunya adalah tentang kesetiakawanan dalam persahabatan tanpa mengenal perbedaan. Dan kesempurnaan film itu kalo menurutku ga selalu tergantung pada ending yang membahagiakan, kadang film itu sempurna dengan caranya sendiri  :)


YES OR NO (2010)

 


Kata org jawa, ''witing tresno jalaran soko kulino''  (cinta datang karena terbiasa). Begitulah yang dialami Pai (Aom Sucharat Manaying) dan Kim (Suppanad Jittaleela). Dua mahasiswa cewek  yang ''terpaksa'' harus tinggal sekamar di sebuah asrama khusus cewek di deket kampus mereka. Kenapa terpaksa? karena pertamanya Pai enggan tinggal sekamar dengan Kim, dan sempet berniat pindah kamar untuk kedua kalinya tapi ga di perbolehkan.

Pai pada akhirnya benar-benar sekamar dengan Kim. Awalnya emang Pai terkesan memberi jarak pada Kim karena ia kurang suka dengan ketomboy-an Kim. Ia bahkan terlihat jutek dan bahkan memberi batas wilayah dikamar mereka. Tapi lambat laun Pai malah justru dekat dan terkesan dengan perhatian-perhatian Kim. Mereka pada akhirnya saling tertarik, dan saling cinta, seperti pepatah tadi. Tapi  ini bukan cinta biasa.. karena mereka sama-sama cewek. Itulah yang jadi konflik di film ini.  ketidakberanian Pai mengakui hubungannya yang tak semestinya itu, ditambah lagi latar belakang Pai berasal dari keluarga yang sangat protektif . Juga ternyata ada pihak-pihak yang menaruh hati terhadap mereka  seperti Jane, temen asrama yang juga tertarik dengan Kim, lalu Van (Sorranat Yupanant) yang juga menunggu cinta Pai.

Pas film ini mulai tayang rasanya langsung betah karena sinematografinya cantik banget. Setting asrama dan kamar juga diperlihatkan sangat enak, sudut-sudut pengambilan gambarnya juga oke banget. Salah satu kekurangan di film ini menurutku adalah akting pemainnya terutama Kim yang agak sedikit kaku. Tapi chemistry mereka (Kim dan Pai) lumayan oke juga walaupun kadang aneh dan risih juga ngeliat sesama cewek mempunyai hubungan emosional.  Yang jelas para pemain ceweknya cantik-cantik banget, apalagi yang jadi Jane (Arisara Tongborisuth), menurut gw doi agak mirip sm Nindy deh hehe . Unsur komedi di film ini juga dapet, endingnya juga cukup mengejutkan. Lumayan lah untuk sekedar hiburan terlepas dari scene-scene yang kadang sedikit membosankan. Yes Or No berhasil mengangkat cerita tentang sisi-sisi lain atau sisi tak lazim dari sebuah hubungan.
 


7 Jul 2012

THE STEPFATHER (2009)


 

Premis film ini sebenernya bisa di bilang pasaran. Seorang misterius tiba-tiba hadir ditengah keluarga dan mengancam keberadaan mereka. Tapi entah kenapa tetep gak kapok dan ga bosan-bosannya ya menonton film-film kayak gini. The Stepfather merupakan remake dari film berjudul sama di tahun 1987. Menceritakan tentang perkenalan  Susan Harding  dengan  David Harris di sebuah supermarket. Susan yang seorang janda dengan  3 orang anak sepertinya langsung tertarik dengan sosok David yang simpatik dan mempesona. Tanpa mengetahui identitas dan latar belakang David lebih jauh Susan akhirnya bertunangan dengan David. 

Tidak seperti sang ibu yang sangat mempercayai sosok David, Michael Harding si sulung yang baru saja pulang dari sekolah militer justru curiga ada yang ga beres dengan ayah tirinya tersebut, karena kebaikan-kebaikannya yang dirasa terlalu lebay dan kadang sering ga konsisten dalam menceritakan masa lalunya. Lambat laun, kejadian-kejadian lain pun makin meyakinkan kecurigaan Michael, walaupun kekasihnya Kelly kadang tidak sependapat dengan kecurigaan-kecurigaannya tapi Michael justru makin ter-obsesi untuk melakukan penyelidikan.

Walaupun ide ceritanya gak lagi orisinil, tapi sebagai seorang yang sekedar ingin menikmati film, gw cukup terhibur dengan film besutan  Nelson McCormick ini. Alurnya yang terkesan rapi dan ga tergesa-gesa sangat enak untuk dinikmati. Beberapa kejadian emang sangat predictable dan kadang ada yang sedikit janggal jika di pikir-pikir lagi, tapi untungnya ketegangan-ketegangan yang disajikan bisa terjaga konsisten hingga akhir film. Untuk cast-nya emang ga begitu familiar dengan wajah-wajahnya, tapi akting mereka lumayan juga sih. apalagi mimik muka Michael dengan segala tatapan kecurigaannya. Kalo akting Dylan Walsh  (David Harris) sosoknya sih menurutku ga begitu mengerikan sebagai seorang villain, tapi doi berbakat juga saat melancarkan aksi tebar pesona-nya :D

Inti film ini sebenernya hanya bertujuan untuk memberikan gambaran sosok David Harris dan kelihaiannya dalam menipu janda-janda muda, dan tentu aja dibalik itu semua menyiratkan sebuah pesan, agar jangan mudah percaya dengan seorang yang terlihat kebapakan dan simpatik, jangan cepat jatuh cinta dan dibutakan oleh kesan pertama. Kadang perlu mengetahui seluk beluk seseorang sebelum memutuskan untuk berhubungan.

 
 

6 Jul 2012

THE CLINIC (2010)


 

Cameron (Andy Withfield) dan tunangannya yang sedang hamil besar, Beth (Tabrett Bethell) hari itu sedang dalam perjalanan untuk merayakan natal dengan keluarga Beth. Ditengah perjalanan, tiba-tiba mobil mereka lepas kendali saat berpapasan dengan kendaraan lain semacam truk. Pada akhirnya mereka pun menepi setelah mobil mereka hampir tertabrak dan oleng. Lalu keduanya memutuskan untuk menginap karena kebetulan bahan bakar mereka juga hampir habis. Dan akhirnya  menginaplah mereka di sebuah motel lumayan mewah di kota Montgomery tersebut. Pada setting-setting pertama film ini sangat mengingatkanku dengan film Vacancy, karena sama-sama bersetting ditempat terpencil, sama-sama dalam perjalanan dan sama-sama harus menginap di motel karena suatu hal. 

Cameron Dan Beth yang tadi menginap mulai mengalami kejadian misterius di motel tersebut. Beth tiba-tiba hilang saat Cameron keluar dari motel untuk mencari makan. Cameron pun mencoba mencari tahu keberadaan tunangannya tersebut ketika tiba-tiba setting pun berganti. Diperlihatkan Beth berada di sebuah bath tup yang berisi balok-balok es dalam keadaan telanjang. Di perutnya terdapat bekas jahitan dan perutnya pun sudah mengempis. Yups, bayinya diculik, Tapi ternyata  bukan hanya Beth yang kehilangan bayinya. Di gedung klinik itu  ia juga bertemu dengan 3 orang yang bernasib sama yaitu Veronica, Ivy dan Allison. Dari situ para ibu muda tersebut mulai mencari tahu, saling bantu membantu dan menguak misteri hilangnya bayi mereka, dan juga disitulah mereka akan menghadapi teror dari sang psikopat.

Film besutan James Rabbits ini adalah thriller yang lumayan menarik. Disamping ceritanya  based on a true story, film ini juga berhasil menghadirkan ketegangan sekaligus keharuan. Apalagi ngeliat ibu-ibu muda tersebut,tiba-tiba mendapati kenyataan sang jabang bayi harus hilang dan diambil paksa dari perutnya, juga melihat solidaritas mereka satu sama lain sebagai sesama ibu sungguh sangat mengharukan. Walaupun kadang sedikit miris juga karena film ini sedikit bernuansa gore yang lumayan mengganggu mata hingga kadang harus ngintip dari balik bantal hehe. 

Akting para pemainnya pun juga meyakinkan. Sebut saja Tabrett Bethell, sebagai aktris yang lumayan asing bagiku, aktingnya sangat-sangat bisa diperhitungkan lah, dan Akting tunangannya yaitu si Andy Withfield juga lumayan memberi warna walaupun kehadirannya hanya seiprit sebagai pelengkap cerita karena pada akhirnya emang sepanjang film lebih menyorot dan berfokus pada apa yang dialami Beth dkk di gudang klinik tersebut. 

The Clinic tak hanya menyuguhkan adegan-adegan penuh ketegangan dan juga adegan gore yang lumayan bikin ngilu, tapi pesan moral juga tersampaikan dengan baik. Overall film ini cukup bisa dinikmati baik itu ketegangan, maupun twist-twist yang dihadirkan. Sebuah film thriller yang cukup memuaskan, lumayan menggugah naluri keibuan gw haha. Recomended buat kamu yang pengen nonton film thriller psikologis yang mengharukan tapi juga menegangkan plus sarat pesan moral

 

30 Jun 2012

CHLOE (2009)


Sulit sebenernya menyebut film besutan Atom Egoyan ini sebagai film thriller, karena lebih banyak muatan drama bernuansa psikologis disini. Adapun sedikit thriller hanya menyempurnakan drama itu sendiri yang memang sudah membaluti film ini seutuhnya. Catherine seorang ginekolog yang sangat sukses dan mapan dalam pekerjaannya. Pada suatu hari ia mendapati foto mesra suaminya David (Liam Neeson) diponselnya, lalu didorong kecurigaan ia pun menyewa jasa seorang pelac*r untuk menggoda suaminya. Cewek tuna susila tersebut bernama Chloe (Amanda seyfried), ia adalah wanita yang sering dilihat Catherine dari balik jendela kamarnya.

Chloe sering terlihat keluar dari hotel. Maka ia pun mulai menemui Chloe dan menyuruh Chloe menggoda David suaminya. Setiap selesai bertemu David, Chloe akan ''ditagih'' cerita oleh Catherine apa-apa yang dilakukan dengan suaminya. Ketika mereka bertemu ,Chloe pun akan bercerita secara gamblang apa-apa yang dilakukannya dengan David . Pergolakan dihati Catherine pun dimulai ketika Chloe bercerita. Di satu pihak ia sangat ga terima dan cemburu , tapi dilain pihak ada juga getaran-getaran dihatinya, suatu rasa ketertarikan untuk mendengarkan cerita-cerita Chloe yang membangkitkan rasa erotisnya .

Seperti ku bilang tadi, bumbu drama di film ini lebih mendominasi ketimbang  thriller yang disajikan, dan di film ini emang lumayan banyak adegan vulgar. Tapi walaupun begitu, nuansa erotik dalam film ini tetep ga norak dikemasnya. Terkesan ga murahan dan ga lebay, sangat pas dan tidak ''mengumbar''. Yang jelas film ini tetep terkesan berkualitas walaupun dibalut dengan unsur seksis disana sini. Makin memukau ketika jajaran cast yang terdiri dari para bintang besar itu semua bermain dengan kualitas akting yang mumpuni. Apalagi dua pemain kawakannya yaitu aki Liam dan Julianne Moore, terutama untuk Julianne Moore yang menurutku lebih mendapatkan porsi banyak. Akting Amanda juga oke banget. Karakternya sebagai cewek yg annoying lumayan ngena.  Duet akting Julianne Moore dan Amanda pun menurutku juga kerenn, chemistrynya dapet banget. Terbukti sepanjang film yang di penuhi adegan mengobrol antara Catherinne dan Amanda mampu tetap menarik untuk diikuti. Ga yakin deh kalo bukan mereka berdua yang memerankan karakter itu apakah masih bisa melek nonton nih pilem hehe

Film ini ga cuma mempesona di jajaran castnya yang berakting gemilang, tapi juga dari jalan cerita yang penuh dengan pergolakan psikologis para pemainnya. Dengan mengangkat konflik yang berkisar tentang krisis rumah tangga  dan juga krisis pergolakan dalam diri Catherinne yang makin lama semakin merasa tidak dianggap oleh suaminya sendiri, bahkan merasa tak pernah mampu menarik perhatian suaminya. Pergolakan-pergolakan jiwa Catherinne menarik, tersampaikan pula dengan akting yang ciamik dan sangat menjiwai.

Atom Egoyan juga sepertinya menitipkan pesan dalam film ini dimana kepercayaan dalam kehidupan suami istri itu penting. Jangan bertindak gegabah dan jangan mempercayai seseorang begitu aja kalo ga mau malah terperosok ke jurang yg sesungguhnya. Begitulah sepertinya pesan-pesan yang bisa ditangkap dari film drama 1 ini. Sangat menarik, mengangkat permasalahan rumah tangga dalam film yang juga dikemas dengan unsur-unsur seksis yang elegan, tidak sekedar nyampah dan dengan pemilihan aktor dan aktris yang juga tepat, di tambah pula dengan sedikit nuansa thriller yang tidak kental tapi cukup memberikan ketegangan. Drama yang sempurna, cukup mengesankan :)

 
 

25 Jun 2012

THE RUINS (2008)


 

Jeff (Jonathan Tucker) dan Amy (Jena Malone), juga Stacy (Laura Ramsey), dan Eric (Shawn Ashmore) yang tengah berlibur ke Meksiko tiba tiba  berkenalan dengan Mathias (Joe Anderson), turis lainnya, yang kemudian mengajak mereka untuk mengunjungi sebuah reruntuhan kuil Maya yang tak dikenal. Setiba disana, mereka disambut oleh sejumlah penduduk setempat yang sama sekali ga ramah. Mereka  dikepung oleh penduduk lokal yang bersenjata lengkap sampai mereka akhirnya  terjebak berhari-hari di atas candi/ bangunan kuno itu dan keberadaan mereka sebagai manusia pun mulai terancam.

The Ruins diangkat dari novel karya Scott Smith dan di film ini ia juga yang menggarap skenarionya. Jujur ekspektasiku sebenernya ga terlalu tinggi, mengingat sebelumnya  jarang  mendengar judul film ini. Premisnya sebenarnya klise, yaitu tentang sekelompok anak muda yang berlibur dan kemudian terjebak disuatu tempat lalu terancam akan sesuatu hal. Plot yang pasaran bukan? sekelompok muda mudi ingin bersenang-senang bersama pasangan masing-masing ketika kemudian terjebak di suatu tempat awam lalu berusaha survive.

Yapp lagi-lagi film survival, entah kenapa aku suka banget film-film kayak gini. Ngeliat mereka bertahan berhari-hari, kekurangan makanan, tertekan secara psikis. Walaupun premisnya cukup klise, tapi The Ruins mempunyai ide cerita yang sangat gak biasa karena si peneror adalah sesuatu yang unik dan ga pernah kutonton di film-film horor sebelumnya. Biasanya thriller-thriller lain menyuguhkan teror hewan buas, psikopat, atau bahkan zombie tapi di sini justru tanaman lah yang menjadi teror, dan tanpa disangka justru lebih mengerikan. 

Banyak thriller lain yang juga menegangkan dan mengancam tapi ga ada yang bener-bener sampai bikin ngilu. Melihat tanaman itu menjalar-jalar di balik kulit bahkan bisa berkembang biak di dalam tubuh  sangat bikin ngilu buatku (semoga ini bkn spoiler :p )  Apalagi di film ini lumayan banyak adegan gore-nya yang lumayan bikin miris. Akting para pemain sih standar aja, tapi lumayan bisa membuat kita ikut terbawa juga, seakan-akan ikut kebingungan dengan situasi-situasi yang mereka hadapi. The Ruins adalah film yang sangat mengesankan dan cukup fresh buatku yang jarang menonton film-film bertema arkeologi .