27 Agu 2014

ONE HOUR PHOTO (2002)





Ketika seseorang terobsesi pada sesuatu maka ia cenderung memandang sesuatu itu sebagai hal yang sangat sempurna, tanpa cacat. Bahkan berkhayal untuk bisa masuk menjadi bagian dalam dunia yang menjadi obsesinya tersebut. Tanpa sadar objek yang menjadi obsesinya itu juga tidak sesempurna apa yang ia bayangkan. Maka mulailah ia merasa tidak terima dengan kenyataan tsb dan mulai berusaha mengembalikan citra sang objek obsesi sesuai dengan apa yang ia pikirkan.  Kira-kira begitulah yang bisa ditangkap dari film lawas berikut ini.


Sy Parrish (Robin Williams). Ia adalah seorang tukang cuci cetak photo disebuah pusat perbelanjaan yang bernama SavMart. Telah bertahun-tahun ia dedikasikan hidupnya untuk bekerja dalam bidang cuci cetak foto. Selama puluhan tahun berkerja ia pun telah banyak mengenal para pelanggan setianya. Salah satu pelanggan yang menarik perhatiannya adalah Nina Yorkin. 

Nina Yorkin mempunyai keluarga kecil yang bahagia. Mempunyai kehidupan yang harmonis bersama suami dan anak lelakinya, terlihat dari foto-foto yang ia cetakkan dan itu membuat seorang Sy yang kesepian menjadi terobsesi dengan keluarga tsb. Ia mulai mengagumi dan bahkan berkhayal masuk menjadi bagian keluarga tsb hingga sesuatu yang tidak ia pikirkan tiba-tiba saja terungkap. 


One Hour Photo film yang bagus menurut saya. Ga banyak adegan darah-darahan tapi berhasil membuatku merasakan aura psikopat itu hanya dari melihat mimik muka Sy Parrish. Yaap, Robin Williams aktingnya keren banget di film ini. Tatapannya seperti benar-benar menyimpan sesuatu, sekilas seperti psikopat yang didepan berwajah manis, terlihat ramah tapi bisa saja menjadi sosok mengerikan dibelakang. Dan itu membuatku berasumsi negatif terhadapnya. Dan ia berhasil, berhasil banget bikin pencitraan kaya gitu dari awal film. 

Sepanjang film saya pun di buat sibuk menebak-nebak watak asli dari Sy, apa yang akan ia lakukan, dsb. Dan film ini berhasil membuat twist manis yang ga ketebak, melenceng jauh dari perkiraanku. Keren banget.  Setelah menggiring otak kita untuk berasumsi macam-macam, dengan kalemnya film ini mengecoh kita dan mengakhiri film dengan jalannya sendiri.

Film ini seolah juga mengingatkan kita dengan selipan pesan moralnya, jika kita telah ''beruntung'' mempunyai keluarga lengkap dan bahagia hendaknya tidak menodai apa yang sudah kita punya. Harus bersyukur dengan apa yang sudah kita dapatkan, tidak mengkhianati kepercayaan keluarga, karena sejatinya memiliki keluarga yang hangat dan bahagia itu sangat mahal harganya. Setidaknya bagi seorang Sy Parrish 


Tidak ada komentar: