The Boy In The Striped Pajamas adalah sebuah film dengan latar masa genosida holocaust yang dilakukan Nazi di Jerman. Berkisah tentang persahabatan terlarang Bruno-the Deutschland Uber Allez, seorang anak dari keluarga tentara Nazi yang mengepalai kamp konsentrasi, dengan seorang anak Yahudi bernama Shmuel yang menjadi tawanan di kamp konsentrasi. YA.. pada awalnya Bruno harus ikut pindah dengan keluarganya ke daerah terpencil, mengikuti ayahnya yang dipindah tugaskan.
Bruno mengenal Shmuel ketika iseng menjelajah belakang rumahnya yang ternyata merupakan kamp konsentrasi. Padahal ibunya selalu melarangnya ke belakang rumah tapi karena di dorong rasa ingin tahu dan jiwa bolang nya Bruno nekat menuju ke belakang rumah yang disangkanya hanya pertanian. Bruno tentunya senang bertemu dengan Shmuel setelah berhari-hari merasa kesepian di lingkungan barunya yang terpencil.
Akhirnya ia tiap hari mengunjungi Shmuel dan membawakan makanan. Tapi persahabatan mereka tentu saja ga seperti layaknya persahabatan diluar sana. Tiap bercengkrama dan bermain, mereka harus dipisahkan oleh sebuah pagar kawat. Bruno seringkali merasa aneh karena semua orang di tempat itu memakai piyama bergaris , termasuk seorang pelayan di rumahnya yang juga memakai piyama. Lambat laun persahabatan mereka pun makin dekat. dan naluri seorang sahabat pun lambat laun tergerak untuk melakukan sesuatu untuk sahabatnya, tanpa ia tahu dibalik perbuatannya ada resiko besar yang mungkin terjadi.
Yaa, film ini ku akui sangat menyesakkan dada, mengharukan, menyentuh, segala pujian dehh, keren banget. Sebuah film independen yang sangat-sangat bagus. Menceritakan persahabatan indah tanpa mengenal perbedaan. Kepolosan anak-anak umur 8 tahun dengan segala sudut pandangnya yang sangat sederhana. keingintahuan mereka, kesetiakawanan yang berakhir tragis dan menyentuhhh. Ah lagi-lagi harus memuji film besutan Mark Herman ini. Kadang dalam menonton film kita seringkali menemukan ending yang bikin nyesek. Nah film ini tipe-tipe film yang juga bikin nyesekk. Kalo dulu pernah ada yang nonton The Mist, film ini sedikit sama rasa nyeseknya. Tapi kalo The mist rasa nyeseknya lebih ke sakit hati jatohnya :D, sedangkan film ini lebih ke perasaan sedihhh dan menyentuh.
Kita harus mengacungkan jempol buat para cast tentunya. Akting pemainnya terutama Asa Butterfield (Bruno) dan Vera varmiga (ibunya Bruno) sangat baguss. Intinya sih kalo gw lebih melihat film ini dari sudut pandang kepolosan serta keluguan Bruno yang notabene ga tau apa-apa tentang pekerjaan ayahnya. betapa sudut pandang seorang anak 8 thn tuh masih sangat sangat innocent dan hanya ingin bersahabat. Pesan tersirat yang sekiranya bisa di tangkap tentunya adalah tentang kesetiakawanan dalam persahabatan tanpa mengenal perbedaan. Dan kesempurnaan film itu kalo menurutku ga selalu tergantung pada ending yang membahagiakan, kadang film itu sempurna dengan caranya sendiri :)
2 komentar:
Ane suka bgt ni film
..endingnya bikin nyesek pas si Ibu nemuin bajunya Bruno..
nice post, buat referensi film nih :)
ditunggu kunjungan baliknya yaah ,
Posting Komentar