27 Okt 2013

PEE MAK (2013)



Thailand adalah negara yang terkenal mempunyai kualitas film-film horor yang seram, tak kalah dengan Jepang yang terkenal dengan ikon hantu sadako- nya. Film-film dari negeri gajah putih juga banyak menjadikan inspirasi sineas hollywood, bahkan tak jarang menjadi sasaran remake oleh hollywood, sebut saja Shutter yang pernah diremake ditahun 2008. Seperti halnya horor Jepang, horor Thailand juga banyak menyimpan cerita urban legend, tentang sebuah misteri daerah setempat. Kali ini Banjong Pisanthanakhun kembali menggarap sebuah horor yang bertajuk Pee Mak. Sineas thailand yang pernah sukses membekaskan ketakutan lewat Shutter itu mengangkat sebuah cerita legenda setempat yang menceritakan hantu wanita cantik bertangan panjang yang mati setelah melahirkan anaknya. Sebenarnya cerita ini dulu pernah diangkat juga dalam sebuah film, kalau yang inget ditahun 1999 pernah ada film horor Thailand yang berjudul Nang Nak, nah Pee Mak ini bisa dibilang versi parodinya.

Pee Mak bercerita tentang Mak (Mario Maurer) yang sedang berada dimedan perang guna membela negaranya bersama keempat rekannya Aey, Ter, Shin dan Puak. Sementara Nak (Davika Hoorne) adalah istri Mak yang tengah hamil tua diperlihatkan sedang kesakitan dirumahnya, sepertinya ingin segera melahirkan. Singkat cerita tiba waktunya Mak pulang dari medan perang dan mendapati sang istri telah melahirkan. Mak pun menyalurkan semua rasa rindu kepada sang istri yang telah lama ditinggalkannya, dan juga pada sang bayi yang baru saja dilahirkan. Karena diselimuti rasa rindu yang lama tertahan, Mak terlihat tidak peduli dengan kabar burung dan ocehan masyarakat setempat yang menyebutkan bahwa Nak, sang istri kini telah meninggal dan menjadi hantu. Bahkan kecurigaan teman-temannya pun tidak digubrisnya. Dan ceritapun terus berlanjut memaksa kita makin penasaran dan menebak-nebak siapa sih hantu yang sebenarnya :))

Pada awalnya kupikir ini adalah sebuah horor yang murni, kalaupun terdapat unsur komedi paling juga ga akan terlalu banyak. Sampai tiba saatnya diperlihatkan jajaran teman Mak dengan segala kekonyolannya, makin merubah pandanganku jika ini adalah sebuah horor dengan unsur komedi yang kental. Ditambah pula dengan dandanan aneh keempat rekan Mak tersebut plus gigi hitam dan tatapan jenaka-nya. Banjong Pisanthanakhun rupanya ingin memadukan sebuah urban legend dengan sentuhan komedi tapi sedikit kelebihan dosis :D. Kenapa kelebihan dosis, karena sepanjang menonton film ini, ak justru lebih banyak ngakak daripada ketakutan. Tapi gak kecewa sih, karena walaupun meleset dari perkiraan, ternyata film ini malah sangat-sangat menghibur.

Selain dibumbui komedi segar, ternyata horor asia 1 ini juga dibumbui dengan keromantisan. Jadi film ini tuh ibaratnya perpaduan 3 rasa maknyus antara genre horor-komedi-romance yang mengangkat tema percintaan hantu dan manusia. Ada romantisnya, ada lucu-lucunya, tapi nuansa seram juga tetap konsisten mendasari cerita. Banjong mampu memuaskan kita dengan 3 genre sekaligus. Disaat kita mulai tegang, mulai merasa ditakut-takuti, tiba-tiba saja aksi dari keempat teman Mak seakan melunturkan ketakutan itu dan membuat kita justru terpingkal-pingkal. Juga disaat kita sedang mengharapkan keseraman itu meningkat, ternyata film ini malah berubah menjadi melankolis dan kental dengan unsur drama. Tapi walaupun arahnya cenderung membingungkan, dan terlalu banyak memasukkan unsur diluar horor, film ini tetap asyik kok dinikmati.

Akting semua cast juga patut diacungi jempol. Terutama chemistry keempat teman Mak (yang juga pernah sukses membintangi phobia, dan phobia 2). Mereka berempat adalah aset terpenting dalam film ini, dengan kekonyolan dan kekompakan mereka yang selalu berhasil mengocok perut. Akting Mario Maurer dan Davika Hoorne juga gak kalah bagus walaupun tidak istimewa. Mereka mampu membangun chemistry yang lumayan klik. Keromantisan keduanya mampu diperlihatkan dengan pas dan gak berlebihan, memberi pemanis disela ketakutan penonton. Adegan dipasar malam merupakan adegan yang paling manis, saat mereka naik bianglala dan saat Nak melepas topengnya agar (ups, takut spoiler) yang udah nonton pasti tau maksudnya :D Bagian itu merupakan perpaduan cerdas horor dan romance yang efektif dan sangat menyentuh 

Selain itu, setting film ini juga cukup meyakinkan. dengan lokasi perkampungan dipinggiran sungai. Menambah ke-eksotikan sepanjang film. Kostum tradisional yang dipakai para pemain juga menambah kentalnya cerita urban legend yang mendasari film ini. Makin meyakinkan bahwa film ini memang bersetting di abad 19. Walaupun begitu Banjong juga menampilkan beberapa kejanggalan-kejanggalan yang sepertinya memang di sengaja, tapi itu justru menambah kekonyolan film ini. Toh film ini memang diciptakan untuk membikin penonton tertawa kan, bukan sebuah horor serius yang didasari dengan semua keterikatan yang masuk akal. Selamat menonton ^^


1 komentar:

Rukem mengatakan...

saya nonton ini film berkali2 tdk bosan :)