7 Okt 2013

WHAT MAISIE KNEW (2012)


 

Film yang bergenre drama ini dengan gamblang mengangkat potret keluarga broken home, dimana seringkali sang anak yang kemudian jadi korbannya. Maisie (Onata Aprile) adalah salah satu gambaran tersebut. Orang tuanya Beale (Steve Coogan) dan Susanna (Julianne Moore) merupakan gambaran orang tua yang sibuk, dimana Beale merupakan seorang art dealer yang terlalu sibuk dengan urusan pekerjaannya dan sering bepergian keluar negeri. Sementara sang ibu adalah seorang vokalis band rock yang disibukkan dengan tour kesana kemari. 

Mereka memutuskan untuk bercerai dan menikah lagi dengan orang lain. Beale menikah lagi dengan Margo (Joanna Vanderham) sang pengasuh, sementara Susanna menikah dengan Lincoln (Alexander Skarsgard). Maisie disini adalah korban dari perceraian kedua orang tuanya, itulah yang akan jadi permasalahan utama di film ini. Maisie pada akhirnya harus menuai dampak perceraian orang tuanya dan impian untuk mempunyai keluarga utuh bahagia dengan segala perhatian penuh orang tua pun rasanya semakin jauh saja

Di adaptasi dari sebuah novel yang terbit pada tahun 1897 karya Henry James, film ini sangat tepat sasaran dalam menyampaikan segala pesannya lewat berbagai konflik dan carut marut yang terjadi dalam keluarga broken home. Dampak dari perceraian orang tua Maisie mampu tergambar dengan baik dan realistis. Begitupun pertengkaran-pertengkaran yang secara tidak langsung akan sangat mengganggu psikologis Maisie sebagai anak yang masih dibawah umur. Melihat anak 6 tahun harus menerima segala keadaan yang tidak mengenakkan pasca perceraian orang tua, bahkan jadi perebutan diantara kedua orang tuanya dengan segala ego nya masing-masing sungguh sangat miris, 

Melihat anak yang masih sangat polos harus menerima segala resiko atas keadaan yang bahkan belum dapat ia mengerti membuat batin tersentuh. Duet Scott McGehee dan David Siegel begitu sangat solid dalam merealisasikan potret itu semua. Membuat penonton iba melihat sosok Maisie yang harus dipontang-pantingkan kesana kemari, sementara kedua orang tuanya tidak punya banyak waktu untuk memberikan apa yang seharusnya dibutuhkan anak seumuran Maisie. Tapi beruntung masih ada orang-orang yang menyayanginya dan mampu memberikan perhatian ekstra yang selama ini didambakannya

Tapi mirisnya justru orang-orang terdekat orang tuanya lah yang punya waktu banyak untuk Maisie, bukan Beale maupun Susanna. Walaupun kadang mereka juga menyempatkan waktu untuk menemani Maisie, tapi Maisie terlihat lebih menikmati dunia nya saat bersama dengan Margo dan Lincoln. Ya, mereka lebih mampu masuk kedunia Maisie dan mengambil hati Maisie. Mereka lebih tau apa yang dibutuhkan Maisie. Seorang anak yang sebenarnya ga minta apa-apa selain perhatian dan kasih sayang juga waktu yang cukup. Sangat sederhana, tapi sayangnya kedua orang tuanya tak tahu apa yang diinginkannya. Mereka lebih sibuk dengan dunianya masing-masing. 

Film yang cukup menyentuh dan membuatku iba akan sosok Maisie. Tapi juga kagum dengan karakter gadis cilik itu. Onata Aprile terlihat sangat apik mendalami karakternya sebagai gadis cilik yang mencoba menerima keadaannya. Keadaan dimana orang tuanya harus berpisah di usianya yang sedini itu, menerima bahwa setiap saat harus melihat dan mendengar pertengkaran demi pertengkaran yang pasti sangat menggoncang mentalnya, menerima bahwa orang tuanya tak bisa memberikan waktu banyak untuknya. Onata mampu mengekspresikan itu semua dengan cukup dewasa. Ya, Maisie digambarkan sebagai seorang gadis cilik yang tegar, yang terlihat dewasa diusianya. Onata mampu memerankan seorang anak korban broken home yang gak manja, gak cengeng, tapi tetap tampil dengan wajah polosnya dan tatapan innocent-nya. 

Film ini berjalan dengan tempo sedang dan enak dinikmati. Seperti melihat keseharian dan potret kehidupan yang sebenarnya saat menikmati dialog demi dialog. Tiap momen yang tersaji mampu membuat kita terenyuh, kadang miris, kadang juga ikut bahagia saat melihat Maisie tersenyum, saat melihatnya tertawa dan mesra bersama Margo dan Lincoln. Sepertinya gambaran keluarga yang sangat harmonis jika mereka benar-benar dipersatukan. Didukung dengan musik score yang makin menambah keharuan, membuat  air mata kadang juga sedikit menetes.

Sebuah potret keadaan yang pastinya sering terjadi dikehidupan sehari-hari. Banyak pesan moral yang bisa dipetik dari film yang naskahnya ditulis Nancy Doyne dan Carroll Cartwright ini. Mungkin film ini memang ditujukan untuk menepuk pundak para orang tua yang juga mengalami hal serupa. Bahwa perceraian sekalipun tak seharusnya mengorbankan kebahagiaan anak. Bahwa seorang anak juga butuh perhatian ekstra orang tuanya. Tak peduli apa yang terjadi dengan keluarganya, mereka tak pernah mau tahu itu.Yang mereka tahu, mereka hanya ingin bahagia seperti anak-anak yang lain, Yang mereka tahu mereka hanya ingin diperhatikan. Hanya itu sebenarnya yang diketahui seorang gadis polos korban broken home seperti halnya Maisie, gak lebih !!


Tidak ada komentar: