25 Sep 2013

MIKA (2013)



Mika menceritakan tentang seorang gadis bernama Indi (Velove Vexia) yang mengidap Skoliosis (kelainan pada rangka tubuh yang berupa kelengkungan tulang belakang). Penyakit langkanya itu  mengharuskannya untuk selalu memakai brace (besi penyangga tubuh). Suatu saat ketika berlibur ke jakarta Indi berkenalan dengan Mika (Vino G. Bastian) , seorang cowok yang super santai, slengekan dan cuek yang ternyata dibalik semangatnya juga mempunyai penyakit. Mika adalah seorang pengidap HIV/Aids. Tapi walaupun begitu, Indi tak sekalipun menjauhi Mika. Ia tetap mau berdekatan dan berinteraksi dengan Mika. Lambat laun hubungan Indi dan Mika makin dekat. Mika mampu membuat hari-hari indi jadi penuh warna dengan keceriaannya,  Sampai pada akhirnya Mika menyatakan cinta, dan Indi menerima cinta Mika dengan tulus. 

Mika telah merebut hati Indi dengan sikapnya yang membuatnya terkesan. Mika selalu bisa menyemangati Indi saat ia merasa terpuruk. Mika selalu setia menemani Indi saat ia merasa sendiri. Mika selalu hadir untuk melengkapi Indi. Membuat hal-hal yang mustahil Indi lakukan seolah mampu menjadi nyata. Mika hadir seperti sesosok malaikat yang menyempurnakan. Sampai akhirnya saat kesehatan Mika menurun, konflik-konflik pun mulai terjadi. Orang tua Indi sangat marah dan kecewa ketika tahu Indi diam-diam masih berhubungan dengan Mika yang menurut pandangan sang ibu terlalu urakan dan harus dijauhi karena mengidap Aids

Memang film yang mengusung tema seperti ini sudah lumayan banyak. Film melodrama, dibalut kisah sedih tentang tokoh utama yang berpenyakit, terasa agak klise memang. Sebut saja Heart, Surat Kecil Untuk Tuhan, Habibie Ainun. Tapi yang membuatku tertarik adalah adanya Vino Bastian dijajaran cast-nya yang selama ini dikenal punya kualitas akting bagus dan selalu total di film-filmnya. Mika dibuat berdasarkan autobiografi Indi yang terdiri dari dua jilid buku, yakni Waktu Aku Sama Mika dan Karena Cinta Itu Sempurna.  Untuk yang pengen tahu blog pribadi Indi sang penulis/tokoh asli Indi bisa klik disini

Mika berjalan dengan tempo yang sedang, bisa dibilang runtut dalam menceritakan kisahnya. Pertama-tama mengenalkan kita dengan kehidupan Indi dan keluarganya. Setelah itu langsung membawa kita pada interaksi manis Mika dan Indi yang baru saja berkenalan. Seperti film-film Vino sebelumnya, film ini juga dibalut romansa keromantisan khas Vino, yang selalu saja manis walaupun dibumbui dengan kisah mengharu biru. Keromantisan-keromantisan itu beberapa kali terasa. Walaupun kadang-kadang lebih didominasi oleh akting Vino . 

Vino seperti biasa terlihat maksimal dan total memerankan karakternya. Ia terlihat sekali ingin membangun chemistry dengan lawan mainnya. Tapi kadang Velove terasa kurang mendalami perannya saat berinteraksi dengan Vino. Gak tau juga ya, mungkin memang karakter seperti itulah yang semestinya ia mainkan. Tapi yang kurasakan chemistry keduanya tidak sekuat saat Vino bermain dengan Fahrani dalam Radit dan Jani, ataupun saat Vino bermain dengan Marsha Timothy diberbagai FTV yang begitu sangat kompak dan chemistry. Tapi terlepas dari itu semua, Velove tetap terlihat menjiwai saat membawakan karakter seorang gadis yang mempunyai penyakit skoliosis

Film besutan Lasja Fauzia Susatyo ini mempunyai tema klise tapi untungnya tidak membosankan karena di beberapa scene kerap diperlihatkan adegan-adegan manis nan menyentuh. Dan untungnya Vino selalu bisa membuat setiap adegan terasa tetap menarik dan romantis. Walaupun film ini bergenre melodrama yang identik dengan mewek, tapi sepertinya film ini belom berhasil membuatku banjir air mata karena air mataku cuma netes dikit pas scene-scene terakhir waktu Mika mengajak Indi berimajinasi. Disitu bagian paling nyesek dan mengharukan menurutku.

Overall Mika bukanlah film yang buruk walaupun tema-nya memang bukan sesuatu yang baru. Mika buatku tetap terasa mengesankan. Apalagi film ini juga mengangkat tentang penyakit HIV/Aids. Seolah mengingatkan kita bahwa tak seharusnya kita menjauhi orang-orang yang terkena Aids, karena pada dasarnya yang harus dijauhi adalah penyakitnya, bukan orangnya. Film ini juga mensosialisasikan tentang bahaya narkoba dan seks bebas. Dan satu quotes yang kusuka dari film ini '' Imajinasi adalah hadiah terkeren yang di berikan tuhan buat kita- Mika ''



Tidak ada komentar: